Asa Damai Dagang Datang Lagi, Rupiah Mulai Bangkit Berdiri

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2019 08:45
Asa Damai Dagang Datang Lagi, Rupiah Mulai Bangkit Berdiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) boleh dibuka melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun setelah itu rupiah berhasil menguat. 

Pada Selasa (27/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.240 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Akan tetapi rupiah tidak betah lama-lama di zona merah. Pada pukul 08:21 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.225 di mana rupiah menguat 0,07%. 


Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga berhasil menguat di hadapan dolar AS. Hanya yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan yang masih terdepresiasi. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:23 WIB: 



Kemarin, pasar keuangan Asia murung gara-gara sentimen perang dagang AS vs China. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump membuat pengumuman yang mengguncang dunia. 

"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump. 

China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.

"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.
 

Tidak cuma perang dagang, perang investasi pun mulai terjadi. Trump meminta perusahaan-perusahaan AS untuk menutup pabrik dan menghentikan produksi di China. 

"Perusahaan AS diminta untuk segera mencari alternatif, termasuk membawanya pulang ke rumah dan membuat produk di AS. Kita tidak butuh China dan, jujur saja, akan lebih baik tanpa mereka," cuit Trump di Twitter. 


Untuk beberapa saat sepertinya harapan damai dagang sudah sirna. Tidak ada harapan, AS-China akan terus terlibat perang dagang yang melebar ke perang investasi sampai perang mata uang. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Akan tetapi pandangan itu (syukurnya) salah. Ternyata asa damai dagang masih ada, kedua negara masih ingin melanjutkan negosiasi. 

"Kami berniat untuk menyelesaikan segala permasalahan melalui konsultasi dan kerja sama dengan sikap yang tenang. Kami meyakini bahwa eskalasi perang dagang tidak akan menguntungkan China, AS, dan seluruh dunia," kata Liu He, Wakil Perdana Menteri China, seperti diberitakan Reuters. 

Niat China disambut Trump. Sang presiden ke-46 Negeri Adidaya mengungkapkan Washington siap kembali ke meja perundingan. 

"Wakil Perdana Menteri China sudah berkata, beliau ingin membuat kesepakatan. Semakin lama mereka menunggu, semakin sulit. Mereka tidak punya pilihan," tuturnya di sela-sela pertemuan G7, seperti diwartakan Reuters. 


Meski asa damai dagang masih terjaga, tetapi investor terlihat tetap waspada. Terlihat dari apresiasi rupiah dkk yang belum terlalu signifikan. 

Pasalnya, masih ada risiko tensi AS-China kembali naik. China sepertinya masih belum terima dengan kelakuan Trump yang seperti pelaku bullying. "China tidak akan mengubah posisinya. Kami tidak akan menyerah terhadap tekanan AS," tegas Hu Xijing, Editor harian Global Times yang dikelola oleh Partai Komunis China. 


Namun untuk saat ini nikmati saja dulu aura damai dagang yang kembali datang. Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti sekarang, sedikit saja ketenangan sudah menjadi sebuah kemewahan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular