Riyal Akhirnya Menguat Setelah Di-Hat Trick Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2019 18:57
Sentimen negatif perang dagang dua raksasa ekonomi dunia menyeret nilai tukar rupiah melawan riyal.
Foto: FOTO FILE: Penukar mata uang berpose untuk kamera dengan uang seratus dolar AS (R) dan jumlah yang diberikan ketika mengubahnya menjadi real Iran (L), di toko penukaran mata uang di kawasan bisnis Teheran, Iran, 20 Januari 2016 REUTERS / Raheb Homavandi / TIMA
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang riyal Arab Saudi menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (26/8/19) setelah hat trick atau melemah tiga hari berturut-turut. Pada pukul 17:20 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.796 atau menguat 0,18% di pasar spot berdasarkan data Refinifiv.

Rupiah berhasil menguat tiga hari berturut-turut setelah mendapat sentimen positif dari pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).

BI pada Kamis kemarin memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Ini berarti BI menurunkan suku bunga dalam dua bulan berturut-turut.


Harapan akan terakselerasinya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah suku bunga diturunkan dua kali memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Namun, memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memberikan sentimen negatif di pasar finansial global.



Pada Jumat (23/8/19) pekan lalu, pemerintah China akan menaikkan tarif impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15 Desember.

Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.

Langkah China kembali membuat AS panas. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.


Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

Sentimen negatif dari perang dagang dua raksasa ekonomi dunia tersebut turut menyeret nilai tukar rupiah melawan riyal. Dengan berhasil menguat pada hari ini, sepanjang bulan Agustus riyal menguat sudah menguat 1,6% melawan rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article BI: Pelemahan Rupiah Dari Faktor Eksternal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular