
Grogi Tunggu Pidato Powell, Sesi I IHSG Masih Tak Berdaya
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 August 2019 12:16

Hadiah manis dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin (23/8/2019) tampaknya gagal untuk mengangkat kinerja Bursa saham utama Tanah Air yang terus mencatatkan koreksi selama 4 hari beruntun.
Seperti diketahui, kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Keputusan ini agak mengejutkan, karena konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 6%. Konsensus yang dihimpun Reuters pun memperkirakan demikian.
Sejatinya, pengumuman tersebut diharapkan dapat memantik aksi beli di pasar keuangan Indonesia. Hal ini dikarekan, penurunan suku bunga akan membantu mendongkrak aktifitas bisnis yang sedang lesu di tengah dinamika ekonomi global yang sarat ketidakpastiaan.
"Ini (penurunan suku bunga acuan) adalah langkah preemtif terhadap perlambatan ekonomi dunia. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan, kita perlu dorong permintaan domestik dan investasi.
Oleh karena itu, dari moneter kita turunkan suku bunga acuan dua kali dan kita arahkan untuk mendorong permintaan pembiayaan baik dari korporasi maupun rumah tangga," papar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Sayangnya, keputusan tersebut kurang diapresiasi investor, karena jika The Fed nantinya mengambil sikap hawkish maka dollar akan kembali menguat dan ini tentunya berita buruk bagi neraca perdagangan Indonesia (NPI).
Pasalnya, NPI kuartal kedua tahun ini saja sudah membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar atau setara dengan Rp 27,72 triliun. Padahal pada kuartal I-2019, NPI masih membukukan surplus mencapai US$ 2,4 miliar atau setara Rp 33,6 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Seperti diketahui, kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Keputusan ini agak mengejutkan, karena konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 6%. Konsensus yang dihimpun Reuters pun memperkirakan demikian.
Sejatinya, pengumuman tersebut diharapkan dapat memantik aksi beli di pasar keuangan Indonesia. Hal ini dikarekan, penurunan suku bunga akan membantu mendongkrak aktifitas bisnis yang sedang lesu di tengah dinamika ekonomi global yang sarat ketidakpastiaan.
Oleh karena itu, dari moneter kita turunkan suku bunga acuan dua kali dan kita arahkan untuk mendorong permintaan pembiayaan baik dari korporasi maupun rumah tangga," papar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Sayangnya, keputusan tersebut kurang diapresiasi investor, karena jika The Fed nantinya mengambil sikap hawkish maka dollar akan kembali menguat dan ini tentunya berita buruk bagi neraca perdagangan Indonesia (NPI).
Pasalnya, NPI kuartal kedua tahun ini saja sudah membukukan defisit sebesar US$ 1,98 miliar atau setara dengan Rp 27,72 triliun. Padahal pada kuartal I-2019, NPI masih membukukan surplus mencapai US$ 2,4 miliar atau setara Rp 33,6 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Pages
Most Popular