Jamu Manis BI Tak Mempan Dongkrak IHSG ke Zona Hijau

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 August 2019 09:55
IHSG dibuka melemah pdengan mencatatkan koreksi 0,18% ke level 6.228,13 poin, dan tidak terlihat adanya indikasi akan melenggang ke zona hijau.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan dibuka melemah pada perdagangan akhir pekan (23/8/2019) dengan mencatatkan koreksi 0,18% ke level 6.228,13 poin, dan hingga berita ini dimuat tidak terlihat adanya indikasi akan melenggang ke zona hijau.

Berbeda dengan IHSG, bursa saham utama kawasan Asia bergerak bervariatif, di mana indeks Nikkei tercatat menguat 0,26%, indeks Shanghai naik 0,14%, indeks Hang Seng menguat 0,19%. Sedangkan indeks Straits Times dan Kospi masing-masing tercatat melemah 0,22% dan 0,09%.

Lesunya pergerakan bursa saham Tanah Air sungguh sangat disayangkan. Pasalnya, kemarin (22/8/2019) Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin ke level 5,5%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (22/8/2019).

BI menyampaikan bahwa pemangkasan BI7DRR kali ini disebabkan oleh tiga alasan utama, yakni inflasi yang masih terjaga, imbal hasil aset keuangan Tanah Air yang tetap menarik, dan sebagai langkah preventif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

"Ini (penurunan suku bunga acuan) adalah langkah preventif terhadap perlambatan ekonomi dunia. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan, kita perlu dorong permintaan domestik dan investasi. Oleh karena itu, dari moneter kita turunkan suku bunga acuan dua kali dan kita arahkan untuk mendorong permintaan pembiayaan baik dari korporasi maupun rumah tangga," papar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG).

Bahkan Perry mengungkapkan ruang penurunan suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka. Selain kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, inflasi yang stabil juga membuat ruang itu ada.

Sayangnya, kejutan dari Perry dan kolega tidak cukup untuk menjadi merubah nasib IHSG yang masih grogi karena dihimpit oleh sentimen eksternal terkait arah kebijakan Negeri Adidaya, Amerika Serikat (AS).

Pidato Powell Akan Jadi Juru Kunci Pergerakan IHSG

Faktor eksternal yang menekan kinerja IHSG hari ini adalah penantian pelaku pasar global atas pidato Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell di Simposium Jackson Hole malam ini. Untuk diketahui, ini merupakan acara simposium tahunan yang dihadiri oleh bank sentral, menteri keuangan, ekonom, akademisi, hingga praktisi ekonomi.

Investor akan mencari petunjuk tentang rencana The Fed selanjutnya, apakah akan mempertahankan suku bunga acuan atau akan kembali memangkasnya. Hal ini dikarenakan, pendapat para anggota komite The Fed terbelah.

Sebelumnya, Powell menegaskan bahwa pemotongan suku bunga acuan Negeri Paman Sam sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Juli, bukannya permulaan awal dari era panjang pemangkasan suku bunga.

"Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat," dikutip dari CNBC International.

Akan tetapi, notula rapat (minutes of meeting) edisi Juli yang mengungkap bahwa sebagian pejabat bank sentral ingin menempuh pelonggaran moneter yang agresif.

"Beberapa peserta rapat ingin menurunkan suku bunga acuan lebih dalam yaitu 50 basis poin (bps) untuk mempercepat laju inflasi menuju target 2%. Namun peserta lainnya memilih untuk menurunkan suku bunga acuan 25 bps," demikian tulis notula rapat itu.

Nah, untuk semakin memastikan sebenarnya bagaimana sikap The Fed terkait arah kebijakan moneter untuk bulan depan, pidato Powell malam ini diharapkan memberikan gambaran jelas.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular