
Sedih, Rupiah 'Dikeroyok' Habis-habisan oleh Yen Sampai Peso
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2019 13:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini patut dilupakan oleh rupiah. Mata uang Tanah Air benar-benar terpojok, 'dikeroyok' oleh dolar Amerika Serikat (AS) dan seluruh mata uang utama Asia.
Pada Selasa (20/8/2019) pukul 13:35 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.265 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah memang tidak sendiri, berbagai mata uang utama Benua Kuning juga melemah di hadapan dolar AS. Namun depresiasi 0,25% membuat rupiah jadi mata uang terlemah kedua di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:38 WIB:
Ternyata bukan hanya di hadapan dolar AS, satu per satu melawan mata uang Asia pun rupiah melemah. Seluruh mata uang Asia berhasil menguat, rupiah 'dikeroyok' ramai-ramai.
Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 13:41 WIB:
Investor agak menghindari Indonesia karena ada data penting yang dirilis pekan ini. Pada 22 Agustus, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Agustus untuk menentukan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Namun, empat dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5,5%. Memang minoritas, tetapi tidak bisa dinafikan begitu saja.
Menunggu kepastian arah kebijakan moneter BI, pelaku pasar memilih menepi. Apalagi fokus investor saat ini juga mengarah ke AS.
Pekan ini, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengadakan simposium tahunan di Jackson Hole. Pertemuan ini sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 1,75-2% pada rapat The Fed 18 September mencapai 95%. Namun jika Ketua Jerome 'Jay' Powell menyebut sesuatu di Jackson Hole yang bisa menjadi petunjuk baru, maka peta permainan bisa berubah.
Di tengah penantian-penantian ini, rupiah kekurangan daya dorong untuk menyeberang ke zona hijau. Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah pun sulit meladeni keperkasaan para tetangganya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (20/8/2019) pukul 13:35 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.265 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah memang tidak sendiri, berbagai mata uang utama Benua Kuning juga melemah di hadapan dolar AS. Namun depresiasi 0,25% membuat rupiah jadi mata uang terlemah kedua di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:38 WIB:
Ternyata bukan hanya di hadapan dolar AS, satu per satu melawan mata uang Asia pun rupiah melemah. Seluruh mata uang Asia berhasil menguat, rupiah 'dikeroyok' ramai-ramai.
Berikut perkembangan kurs mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 13:41 WIB:
Investor agak menghindari Indonesia karena ada data penting yang dirilis pekan ini. Pada 22 Agustus, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Agustus untuk menentukan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Namun, empat dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5,5%. Memang minoritas, tetapi tidak bisa dinafikan begitu saja.
Menunggu kepastian arah kebijakan moneter BI, pelaku pasar memilih menepi. Apalagi fokus investor saat ini juga mengarah ke AS.
Pekan ini, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengadakan simposium tahunan di Jackson Hole. Pertemuan ini sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 1,75-2% pada rapat The Fed 18 September mencapai 95%. Namun jika Ketua Jerome 'Jay' Powell menyebut sesuatu di Jackson Hole yang bisa menjadi petunjuk baru, maka peta permainan bisa berubah.
Di tengah penantian-penantian ini, rupiah kekurangan daya dorong untuk menyeberang ke zona hijau. Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah pun sulit meladeni keperkasaan para tetangganya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular