
Gejolak Global & Nasional Reda, Harga Obligasi RI Melesat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 August 2019 18:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi Indonesia sukses mencetak apresiasi pada hari ini. Pada perdagangan hari ini, seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan membukukan penurunan.
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun seri acuan turun masing-masing sebesar 7,7 bps, 8,7 bps, 7,1 bps, dan 3,4 bps.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Sentimen dari luar dan dalam negeri yang mendukung memotori aksi beli di pasar obligasi tanah air. Dari sisi eksternal, ada asa damai dagang AS-China yang kembali membuncah.
Dalam sebuah cuitan yang diposting pada hari Minggu (19/8/2019) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negosiasi yang sudah digelar dengan pihak China terkait masalah perdagangan berlangsung dengan baik dan pembicaraan terus dilakukan.
Pernyataan dari Trump tersebut mengonfirmasi pernyataan dari Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow bahwa perbincangan via telepon yang dilakukan delegasi kedua negara baru-baru ini berlangsung dengan positif, serta membuka pintu lebih lebar bagi kedua negara untuk segera meneken kesepakatan dagang.
Kudlow menambahkan bahwa perbincangan via telepon lebih lanjut dengan China direncanakan dalam tujuh hingga sepuluh hari ke depan. Jika perbincangan tersebut berlangsung dengan positif, Kudlow menyebut bahwa delegasi China akan menyambangi AS untuk menggelar dialog dagang secara tatap muka.
"Jika perbincangan (via telepon) antar para delegasi itu berlangsung dengan baik, dan kita harapkan itu yang terjadi, dan jika kita bisa menyetujui pembaruan negosiasi dagang yang substantif, maka kami berencana mengundang China ke AS dan bertemu dengan delegasi kami untuk melanjutkan negosiasi dan perundingan," kata Kudlow, dilansir dari Bloomberg.
Ingat, obligasi terbitan pemerintah Indonesia bukanlah merupakan safe haven seperti obligasi di negara maju sehingga pergerakannya akan cenderung sama dengan pergerakan pasar saham tanah air.
Kala ada sentimen yang bisa membangkitkan minat investor untuk memburu instrumen berisiko, pasar saham dan oligasi tanah air akan cenderung terapresiasi. Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,16%.
Dari dalam negeri, sentimen positif bagi pasar obligasi datang dari racikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020. Melalui RAPBN tahun 2020 yang disusun oleh Jokowi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jokowi mematok target pertumbuhan ekonomi di level 5,3%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2013.
Untuk diketahui, pada saat ini perekonomian global sedang berada dalam kondisi yang sangat sulit. Hingga kini, perang dagang AS-China belum juga bisa diselesaikan, walaupun sejatinya ada perkembangan yang positif. Perang dagang antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi tersebut sudah berlangsung selama lebih dari setahun.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi saling balas-membalas bea masuk, dampaknya sudah bisa diprediksi: perekonomian global akan mendapatkan tekanan yang signifikan dan itulah yang terjadi saat ini.
Pada tahun 2018 dan 2019, perang dagang AS-China membawa perekonomian global meredup. Pada tahun 2017, International Monetary Fund (IMF) mencatat pertumbuhan ekonomi global melonjak menjadi 3,789%, dari yang sebelumnya 3,372% pada tahun 2016, sekaligus menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi global melandai menjadi 3,598%. Untuk tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan kembali melandai menjadi 3,328%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi terburuk sejak tahun 2009 kala perekonomian global justru terkontraksi sebesar 0,107% akibat krisis keuangan global.
Lebih lanjut, inflasi yang terjaga membuat obligasi terbitan pemerintah Indonesia semakin seksi di mata investor. Dalam RAPBN 2020, inflasi dipatok di level 3,1%, sama dengan outlook untuk tahun ini.
Sepanjang periode pertama pemerintahan Jokowi, salah satu capaian yang impresif adalah pengendalian inflasi. Pada periode satu pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), secara rata-rata inflasi berada di level 8,49%. Pada periode dua SBY, rata-ratanya memang turun namun masih berada di level yang tinggi, yakni 6,17%. Beralih ke periode satu Jokowi, secara rata-rata inflasi bertengger di level 3,24%. Di era Jokowi, tak sekalipun inflasi melampaui level 4%.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Kelabu dari IMF Bakal Tekan Harga Obligasi
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0077), 10 tahun (FR0078), 15 tahun (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun seri acuan turun masing-masing sebesar 7,7 bps, 8,7 bps, 7,1 bps, dan 3,4 bps.
Sentimen dari luar dan dalam negeri yang mendukung memotori aksi beli di pasar obligasi tanah air. Dari sisi eksternal, ada asa damai dagang AS-China yang kembali membuncah.
Dalam sebuah cuitan yang diposting pada hari Minggu (19/8/2019) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negosiasi yang sudah digelar dengan pihak China terkait masalah perdagangan berlangsung dengan baik dan pembicaraan terus dilakukan.
Pernyataan dari Trump tersebut mengonfirmasi pernyataan dari Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow bahwa perbincangan via telepon yang dilakukan delegasi kedua negara baru-baru ini berlangsung dengan positif, serta membuka pintu lebih lebar bagi kedua negara untuk segera meneken kesepakatan dagang.
Kudlow menambahkan bahwa perbincangan via telepon lebih lanjut dengan China direncanakan dalam tujuh hingga sepuluh hari ke depan. Jika perbincangan tersebut berlangsung dengan positif, Kudlow menyebut bahwa delegasi China akan menyambangi AS untuk menggelar dialog dagang secara tatap muka.
"Jika perbincangan (via telepon) antar para delegasi itu berlangsung dengan baik, dan kita harapkan itu yang terjadi, dan jika kita bisa menyetujui pembaruan negosiasi dagang yang substantif, maka kami berencana mengundang China ke AS dan bertemu dengan delegasi kami untuk melanjutkan negosiasi dan perundingan," kata Kudlow, dilansir dari Bloomberg.
Ingat, obligasi terbitan pemerintah Indonesia bukanlah merupakan safe haven seperti obligasi di negara maju sehingga pergerakannya akan cenderung sama dengan pergerakan pasar saham tanah air.
Kala ada sentimen yang bisa membangkitkan minat investor untuk memburu instrumen berisiko, pasar saham dan oligasi tanah air akan cenderung terapresiasi. Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,16%.
Dari dalam negeri, sentimen positif bagi pasar obligasi datang dari racikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020. Melalui RAPBN tahun 2020 yang disusun oleh Jokowi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jokowi mematok target pertumbuhan ekonomi di level 5,3%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2013.
Untuk diketahui, pada saat ini perekonomian global sedang berada dalam kondisi yang sangat sulit. Hingga kini, perang dagang AS-China belum juga bisa diselesaikan, walaupun sejatinya ada perkembangan yang positif. Perang dagang antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi tersebut sudah berlangsung selama lebih dari setahun.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi saling balas-membalas bea masuk, dampaknya sudah bisa diprediksi: perekonomian global akan mendapatkan tekanan yang signifikan dan itulah yang terjadi saat ini.
Pada tahun 2018 dan 2019, perang dagang AS-China membawa perekonomian global meredup. Pada tahun 2017, International Monetary Fund (IMF) mencatat pertumbuhan ekonomi global melonjak menjadi 3,789%, dari yang sebelumnya 3,372% pada tahun 2016, sekaligus menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.
Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi global melandai menjadi 3,598%. Untuk tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan kembali melandai menjadi 3,328%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi terburuk sejak tahun 2009 kala perekonomian global justru terkontraksi sebesar 0,107% akibat krisis keuangan global.
Lebih lanjut, inflasi yang terjaga membuat obligasi terbitan pemerintah Indonesia semakin seksi di mata investor. Dalam RAPBN 2020, inflasi dipatok di level 3,1%, sama dengan outlook untuk tahun ini.
Sepanjang periode pertama pemerintahan Jokowi, salah satu capaian yang impresif adalah pengendalian inflasi. Pada periode satu pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), secara rata-rata inflasi berada di level 8,49%. Pada periode dua SBY, rata-ratanya memang turun namun masih berada di level yang tinggi, yakni 6,17%. Beralih ke periode satu Jokowi, secara rata-rata inflasi bertengger di level 3,24%. Di era Jokowi, tak sekalipun inflasi melampaui level 4%.
Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate akan menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Kelabu dari IMF Bakal Tekan Harga Obligasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular