Rupiah Bertaji, Hantu Resesi Sudah Pergi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 August 2019 08:33
Rupiah Bertaji, Hantu Resesi Sudah Pergi?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS berhasil dilengserkan dari kisaran Rp 14.200.

Pada Senin (19/8/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.210 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.  

Dolar AS sudah berada di bibir jurang kisaran Rp 14.200. Jika rupiah mampu menguat lebih lanjut, bukan tidak mungkin dolar AS mampu diturunkan ke bawa level tersebut. 

Menurunkan dolar AS ke bawah Rp 14.200 bukan Mission: Impossible bukan rupiah. Pasalnya, angin sedang berpihak ke Asia, hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning menguat di hadapan greenback. Sejauh ini hanya yuan China, won Korea Selatan, dolar Singapura, dan dolar Taiwan yang melemah. 

Benar saja, misi mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.200 sukses terlaksana. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.195 di mana rupiah menguat 0,25%.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:23 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya kabar baik dari Negeri Paman Sam berhasil mengangkat mood pelaku pasar pada awal pekan ini. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana. 

"(Perkembangan dialog dagang AS-China) cukup baik. Oleh karena itu, tidak ada risiko resesi. Konsumen terus bekerja, upah naik, mereka terus melakukan konsumsi dan menabung," kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti diberitakan oleh Reuters. 

Pernyataan Kudlow dikuatkan oleh koleganya, Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro. Menurut Navarro, ekonomi AS masih sangat kuat. 

"Kita adalah perekonomian terkuat di dunia. Uang berdatangan ke pasar modal kita," tegas Navarro dalam program ABC This Week, dilansir Reuters. 

Sepertinya perkembangan perundingan dagang AS-China yang positif, ditambah keyakinan Gedung Putih bahwa perekonomian Negeri Adidaya masih digdaya, cukup untuk membuat pelaku pasar lega. Setelah pekan lalu kekhawatiran terhadap resesi begitu terasa, kini beban berat itu mulai terangkat. 

Baca: Resesi, Resesi, dan Resesi

Salah satu sinyal resesi, yaitu inversi imbal hasil (yield) pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun, juga sudah tidak lagi terjadi. Pada pukul 08:18 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun adalah 1,5048% sementara yang 10 tahun berada di 1,5927%. Tidak ada inversi, yield tenor pendek lebih tinggi ketimbang tenor panjang. 



Oleh karena itu, risk appetite pelaku pasar bisa dibilang sudah pulih. Perburuan terhadap aset-aset berisiko kembali dimulai seiring meredanya kecemasan terhadap resesi. Rupiah pun menikmati berkahnya.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular