
Bukan Inversi Yield yang Bikin AS Resesi, Tapi Perang Dagang
Monica Wareza, CNBC Indonesia
15 August 2019 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebutkan terjadinya kurva yield terbalik (inverted yield curve) atas surat utang Amerika Serikat (AS) tenor 2 tahun dan 10 tahun tak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda resesi keuangan akan terjadi.
Namun, hal ini justru disebabkan karena tensi perang dagang yang masih tinggi dan membuat China menurunkan kepemilikannya dari US Treasury.
Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan perekonomian Amerika saat ini dinilai masih dalam kondisi sangat baik. Ditunjukkan dengan data penganggurannya yang masih terendah sepanjang sejarah dan pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 2%.
"Kalau saya liat sih ini jangan-jangan ada hubungannya dengan perang dagang juga, Karena saat perang dagang terjadi, China sell off terhadap US Treasury juga, jangan-jangan karena sell off itu terjadi inverted yield curve," kata Fikri di kantornya, Kamis (15/8/2019).
Dia membenarkan, bahwa salah satu tanda tujuh resesi ekonomi Amerika akan terjadi selama 50 tahun terakhir adalah dengan inverted yield curve. Hanya sekali kejadian meski kurva yield ini terbalik namun tak terjadi resesi.
Belum lagi berdasarkan perkiraan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, potensi terjadinya resesi sampai setahun ke depan masih berada di posisi 28%. "Artinya itu masih sangat rendah," imbuh dia.
Fikri menilai, jika perang dagang antara dua negara adidaya ini bisa diminimalisir maka kemungkinan terjadinya resesi akan semkin kecil.
Semalam, yield seri 2 tahun dan 10 tahun sempat membentuk inversi dan menjadi yang pertama sejak Juni 2007 di tengah ancaman resesi dunia dan juga mengancam AS, meskipun inversi memudar pagi ini.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
(hps/hps) Next Article Negara Sebesar AS Terancam Resesi? Tak Semudah Itu, Ferguso!
Namun, hal ini justru disebabkan karena tensi perang dagang yang masih tinggi dan membuat China menurunkan kepemilikannya dari US Treasury.
Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan perekonomian Amerika saat ini dinilai masih dalam kondisi sangat baik. Ditunjukkan dengan data penganggurannya yang masih terendah sepanjang sejarah dan pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 2%.
"Kalau saya liat sih ini jangan-jangan ada hubungannya dengan perang dagang juga, Karena saat perang dagang terjadi, China sell off terhadap US Treasury juga, jangan-jangan karena sell off itu terjadi inverted yield curve," kata Fikri di kantornya, Kamis (15/8/2019).
Belum lagi berdasarkan perkiraan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, potensi terjadinya resesi sampai setahun ke depan masih berada di posisi 28%. "Artinya itu masih sangat rendah," imbuh dia.
Fikri menilai, jika perang dagang antara dua negara adidaya ini bisa diminimalisir maka kemungkinan terjadinya resesi akan semkin kecil.
Semalam, yield seri 2 tahun dan 10 tahun sempat membentuk inversi dan menjadi yang pertama sejak Juni 2007 di tengah ancaman resesi dunia dan juga mengancam AS, meskipun inversi memudar pagi ini.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
(hps/hps) Next Article Negara Sebesar AS Terancam Resesi? Tak Semudah Itu, Ferguso!
Most Popular