
Damai Dagang Bawa IHSG Melesat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 August 2019 17:22

Kuatnya optimisme yang dihasilkan dari perkembangan perang dagang AS-China yang kondusif dan kinerja keuangan Bank BRI yang kinclong berhasil membuat IHSG menguat kala investor asing meninggalkan pasar saham tanah air. Per akhir sesi dua, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 410 miliar di pasar reguler.
Sejatinya, kinerja rupiah mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,52% di pasar spot ke level Rp 14.240/dolar AS. Bara perang dagang AS-China yang mendingin membuat dolar AS selaku safe haven kehilangan pijakannya.
Namun, investor asing tampak khawatir bahwa rupiah akan terdepresiasi kedepannya. Pasalnya besok (15/8/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2019.
Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa ekspor jatuh 11,59% secara tahunan, sementara impor diramal ambruk hingga 19,38%. Lantas, neraca dagang diproyeksikan membukukan defisit senilai US$ 384,5 juta.
Rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi transaksi berjalan pada kuartal III-2019. Pada Juli 2018, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,01 miliar, sementara CAD pada kuartal III-2019 tercatat sebesar 3,3% dari PDB.
Jika ternyata neraca dagang Indonesia membukukan defisit yang lebih dalam dari ekspektasi pada periode Juli 2019, maka akan ada kekhawatiran bahwa transaksi berjalan akan kembali membengkak pada kuartal III-2019. Akibatnya, rupiah pun bisa semakin loyo. Mengantisipasi hal tersebut, investor asing melakukan aksi jual di pasar saham tanah air.
Untuk diketahui, pada kuartal II-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari PDB, tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6% dari PDB. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sejatinya, kinerja rupiah mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,52% di pasar spot ke level Rp 14.240/dolar AS. Bara perang dagang AS-China yang mendingin membuat dolar AS selaku safe haven kehilangan pijakannya.
Namun, investor asing tampak khawatir bahwa rupiah akan terdepresiasi kedepannya. Pasalnya besok (15/8/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2019.
Rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi transaksi berjalan pada kuartal III-2019. Pada Juli 2018, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,01 miliar, sementara CAD pada kuartal III-2019 tercatat sebesar 3,3% dari PDB.
Jika ternyata neraca dagang Indonesia membukukan defisit yang lebih dalam dari ekspektasi pada periode Juli 2019, maka akan ada kekhawatiran bahwa transaksi berjalan akan kembali membengkak pada kuartal III-2019. Akibatnya, rupiah pun bisa semakin loyo. Mengantisipasi hal tersebut, investor asing melakukan aksi jual di pasar saham tanah air.
Untuk diketahui, pada kuartal II-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari PDB, tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6% dari PDB. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular