AS-China Panas, Hong Kong Membara, IHSG pun Keok!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 August 2019 16:49
AS-China Panas, Hong Kong Membara, IHSG pun Keok!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Senin ini (12/8/2019) dengan apresiasi sebesar 0,3% ke level 6.300,67, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru menutup hari di zona merah. Per akhir sesi dua, IHSG jatuh 0,5% ke level 6.250,6.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Sinar Mas Multiartha Tbk/SMMA (-20%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-6,36%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0.41%), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (-7,61%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,39%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru nyaman ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai melejit 1,45% dan indeks Kospi menguat 0,23%. Sementara itu, indeks Hang Seng jatuh 0,44%.

Perdagangan di bursa saham Jepang dan Singapura diliburkan pada hari ini, masing-masing karena perayaan Mountain day di Jepang dan Hari Raya Haji (Idul Adha) di Singapura.


Koreksi yang sudah terjadi dalam beberapa waktu terakhir di bursa saham China dan Korea Selatan membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini.

Di sisi lain, sentimen yang ada membatasi aksi beli yang dilakukan oleh pelaku pasar saham Benua Kuning. Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan bahwa dialog dagang AS-China yang dijadwalkan pada awal bulan depan bisa dibatalkan.

"Mungkin, tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.

Lebih lanjut, Trump juga mengatakan bahwa AS tak akan berbisnis dengan Huawei jika kesepakatan dagang tak bisa dicapai.

"AS tidak akan berbisnis dengan Huawei. Namun itu bisa berubah jika ada kesepakatan dagang AS-China," katanya.


Pada Mei lalu, Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.

Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

AS-China Panas, Hong Kong Membara, IHSG Pun KeokFoto: Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro berpose untuk foto dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, wakil menteri China dan pejabat senior sebelum dimulainya Pembicaraan perdagangan AS-Cina di Gedung Putih di Washington, AS, 21 Februari 2019. (REUTERS / Joshua Roberts)


Sejatinya setelah Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melonggarkan sanksi yang diberikan terhadap Huawei.

Namun, kini Trump mundur dari janjinya tersebut lantaran dirinya menuduh pihak China tak menepati janji untuk membeli produk agrikultur AS dalam jumlah besar.

Tak adanya keringanan sanksi bagi Huawei sangatlah mungkin untuk membuat China semakin geram dan membuat perang dagang kedua negara terus tereskalasi.

Kala perang dagang AS-China terus tereskalasi, perekonomian global dipastikan mendapatkan tekanan yang signifikan. Maklum, AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

Sementara itu, indeks Hang Seng harus pasrah berakhir di zona merah seiring dengan aksi demo yang tak kunjung berhenti di Hong Kong. Hingga hari ini, aksi demonstrasi besar-besaran di Hong Kong masih juga terjadi.

Bahkan, Bandara Internasional Hong Kong dipaksa untuk membatalkan seluruh penerbangan di sisa hari ini lantaran banyaknya massa yang menyemut untuk melakukan aksi protes di sana. Hal tersebut menandai gangguan terbesar bagi perekonomian Hong Kong pasca demonstrasi dimulai pada awal bulan Juni.

AS-China Panas, Hong Kong Membara, IHSG Pun KeokFoto: Demo Hong Kong, Senin (5/8) (REUTERS/Tyrone Siu)

"Operasional bandara di Bandara Internasional Hong Kong telah terganggu secara serius sebagai hasil dari demonstrasi pada hari ini," tulis otoritas bandara Hong Kong dalam pernyataan resminya, dilansir dari Bloomberg.

"Selain penerbangan keberangkatan yang sudah menyelesaikan proses check-in dan penerbangan kedatangan yang sudah bertolak menuju Hong Kong, semua penerbangan di sisa hari ini telah dibatalkan."

Aksi demonstrasi ini dilakukan untuk menuntut pemerintah Hong Kong melakukan reformasi, setelah sebelumnya pemerintahan Carrie Lam mengajukan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang mendapatkan kecaman dari berbagai elemen masyarakat Hong Kong.

LANJUT KE HALAMAN 2>>

Dari dalam negeri, tekanan bagi IHSG datang dari pergerakan rupiah yang tak menggembirakan. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,42% di pasar spot ke level Rp 14.245/dolar AS. Lantas, rentetan penguatan rupiah selama tiga hari beruntun pun terputus.

Tekanan bagi rupiah datang dari rilis angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal II-2019 oleh Bank Indonesia (BI). Kalau pada kuartal I-2019 NPI membukukan surplus senilai US$ 2,42 miliar, pada kuartal II-2019 situasinya berbalik 180 derajat. NPI membukukan defisit US$ 1,98 miliar.


NPI merupakan indikator yang mengukur arus devisa (mata uang asing) yang masuk dan keluar dari Tanah Air. Jika nilainya positif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke tanah air. Sementara jika nilainya negatif, maka ada lebih banyak devisa yang mengalir ke luar Indonesia.

Yang lebih membuat geleng-geleng kepala ada pos transaksi berjalan yang merupakan komponen dari NPI itu sendiri. Untuk diketahui, posisi transaksi berjalan menjadi faktor yang sangat penting dalam mendikte pergerakan rupiah.

Pasalnya, arus devisa yang mengalir dari pos transaksi berjalan cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Pada kuartal II-2019, BI mencatat bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6%. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.

CAD pada kuartal II-2019 juga lebih dalam ketimbang CAD pada periode yang sama tahun lalu (kuartal-II 2018) yang sebesar 3,01% dari PDB. Bahkan jika dirunut ke belakang, CAD pada kuartal II-2019 merupakan CAD kuartal II terburuk dalam lima tahun atau sejak 2014.


Ternyata, lesunya ekspor barang menjadi salah satu biang keladi dari jebolnya CAD. Pada tiga bulan kedua tahun ini, ekspor barang tercatat hanya senilai US$ 40,08 miliar, menandai ekspor barang terendah sejak kuartal II-2017.


Jika dihitung secara tahunan (kuartal II-2018 ke kuartal II-2019), ekspor barang terkontraksi sebesar 8,37%. Memang, impor juga turun jika dihitung dari kuartal II-2018 ke kuartal II-2019. Namun, penurunannya lebih kecil yakni sebesar 8,21%.

Alhasil, surplus neraca barang Indonesia pun terpangkas, dari US$ 277 juta pada kuartal II-2018 menjadi US$ 187 juta pada kuartal II-2019.

Pada kuartal I-2019, surplus neraca barang mencapai US$ 1,19 miliar, di mana surplus tersebut saja sudah jauh lebih rendah dari surplus yang dibukukan pada kuartal I-2018 senilai US$ 2,32 miliar.

Kala CAD pada dua kuartal pertama tahun ini sudah lebih dalam ketimbang CAD pada dua kuartal pertama tahun lalu, besar kemungkinan bahwa CAD untuk keseluruhan tahun 2019 juga akan membengkak jika dibandingkan capaian tahun 2018. Rupiah pun tersungkur di hadapan dolar AS dan pasar saham menjadi ditinggalkan karenanya.

Per akhir sesi dua, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 322,9 miliar di pasar reguler. Untuk diketahui, kala rupiah melemah investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual menjadi opsi yang sangat mungkin untuk mereka ambil.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 101,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 66,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 31,6 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 31,4 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 28,9 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/ank) Next Article Sepekan Ini, IHSG Anteng di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular