
Bisa Apa Kita? BI Sebut Keoknya Rupiah Itu Gara-gara Global
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
12 August 2019 10:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rantai penguatan rupiah yang terjadi selama tiga hari perdagangan beruntun akhirnya putus.
Pada Senin (12/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.220. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi perdagangan akhir pekan lalu.
Sebelumnya, rupiah sudah menguat selama tiga hari perdagangan berturut-turut. Dalam periode indah itu, rupiah terapresiasi 1,04%.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan pelemahan tersebut memang diakibatkan adanya sentimen negatif di pasar global. Apa itu?
"Saya rasa kemarin itu adalah gambaran yang didominasi dampak dari eksternalnya, dari pasar globalnya. Kita juga lihat itu bermasalah di hampir semua mata uang emerging, jadi bukan hanya kita," ungkap Dody di Gedung BI, Senin (12/8/2019).
Hari ini, sentimen yang menghantui pasar keuangan global sejak pekan lalu belum berubah. Perang dagang AS vs China masih menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar.
Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk melanjutkan perundingan dengan China, yang dijadwalkan berlangsung di Washington pada awal September. Namun bukan tidak mungkin dialog itu batal.
Menurut Trump, China masih berhasrat untuk mencapai kesepakatan damai dagang. Namun Trump menyatakan dirinya belum siap untuk itu.
Perang dagang AS-China pun cenderung berlanjut ke perang mata uang. Setelah pekan lalu melemah, yuan kembali melanjutkan depresiasi. Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan untuk menggenjot kinerja ekspor.
Namun Dody percaya, masih banyak dana asing yang masuk ke pasar Indonesia. Hal ini memberikan confidence sendiri terhadap Indonesia.
"Toh beberapa hari terakhir ini kita melihat rupiahnya menguat bahkan ada aliran modal masuk ke perekonomian. Artinya, memang sentimen itu masih cukup positif, confidence itu masih cukup ada di ekonomi kita."
"Hanya saja dari sisi globalnya yang memberikan semacam peningkatan volatilitas. Itu yang mendorong beberapa gejolak sesaat pada mata uang kita. Kita harapkan," tuturnya.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Pada Senin (12/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.220. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi perdagangan akhir pekan lalu.
Sebelumnya, rupiah sudah menguat selama tiga hari perdagangan berturut-turut. Dalam periode indah itu, rupiah terapresiasi 1,04%.
"Saya rasa kemarin itu adalah gambaran yang didominasi dampak dari eksternalnya, dari pasar globalnya. Kita juga lihat itu bermasalah di hampir semua mata uang emerging, jadi bukan hanya kita," ungkap Dody di Gedung BI, Senin (12/8/2019).
Hari ini, sentimen yang menghantui pasar keuangan global sejak pekan lalu belum berubah. Perang dagang AS vs China masih menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar.
Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk melanjutkan perundingan dengan China, yang dijadwalkan berlangsung di Washington pada awal September. Namun bukan tidak mungkin dialog itu batal.
Menurut Trump, China masih berhasrat untuk mencapai kesepakatan damai dagang. Namun Trump menyatakan dirinya belum siap untuk itu.
Perang dagang AS-China pun cenderung berlanjut ke perang mata uang. Setelah pekan lalu melemah, yuan kembali melanjutkan depresiasi. Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan untuk menggenjot kinerja ekspor.
![]() |
Namun Dody percaya, masih banyak dana asing yang masuk ke pasar Indonesia. Hal ini memberikan confidence sendiri terhadap Indonesia.
"Toh beberapa hari terakhir ini kita melihat rupiahnya menguat bahkan ada aliran modal masuk ke perekonomian. Artinya, memang sentimen itu masih cukup positif, confidence itu masih cukup ada di ekonomi kita."
"Hanya saja dari sisi globalnya yang memberikan semacam peningkatan volatilitas. Itu yang mendorong beberapa gejolak sesaat pada mata uang kita. Kita harapkan," tuturnya.
(dru) Next Article Bos BI: Rupiah Ada Kecenderungan Menguat!
Most Popular