Hadapi Perang Dagang, Ini Strategi Deputi Gubernur Senior BI

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
11 August 2019 14:23
Perluasan pasar mungkin merambah ke negara-negara di luar negara yang selama ini menjadi rekan dagang mayoritas.
Foto: Pelantikan Destry Damayantii sebagai Deputi Gubernur Senior BI oleh Ketua Mahkamah Agung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang yang kian memanas antara China dan Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan untuk Indonesia. Kedua negara tersebut merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia, dan keteganggan tersebut berpotensi mengganggu arus keluar masuk produk dari dan ke Indonesia.

"Jadi memang dari Indonesia ke depannya diharapkan bisa melakukan diversifikasi produk dari kita, yang dari commodity based, masuk ke manufaktur, yang mungkin bahan bakunya, bisa diproduksi dalam negeri sendiri," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, di Gedung BI, Jakarta, Minggu (11/8/2019).


Lebih lanjut, Destry menuturkan, perluasan pasar ekspor Indonesia dari yang konvensional menjadi non konvensional, juga menjadi harapan dalam menghadapi perang dagang. Perluasan pasar mungkin merambah ke negara-negara di luar negara yang selama ini menjadi rekan dagang mayoritas.

"Makanya kita coba lah di Middle East, di Afrika," tambahnya.

Ia mengakui, memang ada masalah logistik dan transportasi karena negara tujuannya jauh. Namun, dengan harapan efisiensi makin tercipta di Indonesia, menurut Destry, masalah biaya logistik dan transportasi bisa dikelola.

"Sekarang yang kita butuhkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tentunya salah satu kebijakan moneter, apakah penurunan suku bunga, itu menjadi satu bagian dari satu rangkaian kebijakan yang secara keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi itu sendiri," pungkasnya.


Pertengahan pekan ini, Presiden Joko Widodo kembali menekankan lagi pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk menggenjot ekonomi Indonesia.

Menurut Jokowi bahwa SDM adalah kunci untuk memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika sukses membagun sistem SDM yang andal maka akan berbuah keberhasilan di berbagai sektor.

"Sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan. Oleh sebab itu, setelah 5 tahun setelah fokus pada infrastruktur, 5 tahun ke depan fokus pada SDM. Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi, di Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Kamis (8/8/2019).

Jokowi Tanggapi Permintaan Kursi Menteri dari PDIP
[Gambas:Video CNBC]

Menurutnya, Indonesia perlu meningkatkan SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan ini perlu dilakukan sejak dalam kandungan. "Oleh sebab itu tidak boleh ada lagi stunting, ibu dan anak jadi kunci terutama usia 7-8 tahun. Kita harus meningkatkan bukan hanya pintar tapi jangan lupa mencetak generasi pancasilais yang bergotong royong."
(hps/hps) Next Article Disebut Calon DGS BI, Ini Profil Destry Damayanti

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular