Ada Apa Ini? Kok Masih Pagi Rupiah Sudah Terlemah di Asia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2019 08:34
Ada Apa Ini? Kok Masih Pagi Rupiah Sudah Terlemah di Asia?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor eksternal dan domestik sepertinya menjadi beban buat mata uang Tanah Air. 

Pada Senin (12/8/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.200 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah bertambah dalam. Pada pukul 08:18 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.220 di mana rupiah melemah 0,25%. 

Dari dalam negeri, setidaknya ada dua faktor yang menjadi penghambat laju penguatan rupiah. Pertama adalah koreksi teknikal, rupiah rentan terserang ambil untung (profit taking) setelah menguat tiga hari perdagangan beruntun. Dalam periode tersebut, apresiasi rupiah tercatat 0,53%. 


Kedua, kemungkinan investor sudah punya waktu untuk mencerna rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang keluar akhir pekan lalu. Pada kuartal II-2019, NPI membukukan defisit US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya terjadi surplus US$ 2,42 miliar. 

Sementara di pos yang menjadi sorotan utama, yaitu transaksi berjalan (current account), terjadi defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB).


Defisit NPI menandakan arus devisa di perekonomian nasional seret, lebih banyak yang keluar ketimbang yang masuk. Apalagi kemudian devisa jangka panjang dari ekspor barang dan jasa, yang dicerminkan dari transaksi berjalan, mengalami defisit yang lebih parah. 

Semestinya ini menjadi sentimen negatif yang tidak main-main bagi rupiah. Tanpa bantalan devisa yang memadai, rupiah sulit untuk stabil. Bahkan kemungkinan melemah cukup besar. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sementara dari sisi eksternal, sentimen yang sejak pekan lalu menjadi momok bagi pasar keuangan global masih membayangi, yaitu perang dagang AS-China. Bahkan ada tendensi perang dagang sudah naik kelas menjadi perang mata uang. 

Setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menerapkan bea masuk baru bagi importasi produk made in China senilai US$ 300 miliar, Negeri Tirai Bambu seperti membalas dengan melemahkan nilai tukar mata uang yuan. Pada pagi ini, yuan masih saja melemah dan bertahan di kisaran CNY 7/US$. 

Ketika yuan melemah, maka produk China menjadi lebih murah dan bisa bersaing di pasar ekspor. Bahkan tetap bisa menembus pasar AS, meski terkena bea masuk. 


Dinamika ini membuat prospek damai dagang AS-China menjadi suram. Malah Trump memberi sinyal bisa membatalkan rencana dialog dagang AS-China di Washington yang dijadwalkan berlangsung pada awal September. 

"Mungkin (dialog di Washington batal), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters. 

Menurut Trump, China masih berhasrat untuk mencapai kesepakatan damai dagang. Namun Trump menyatakan dirinya belum siap untuk itu. 


Kekhawatiran terhadap perang dagang AS-China yang masih memanas membuat investor masih emoh bermain-main di instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, tidak hanya rupiah tetapi mayoritas mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. 

Namun akibat tambahan sentimen negatif dari dalam negeri, yaitu profit taking (dan kemungkinan reaksi terhadap data NPI), rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Rupiah tidak sendiran, karena ditemani yuan sebagai penghuni dasar klasemen.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:20 WIB: 

 

Terlihat bahwa yen Jepang menjadi masih terus menguat. Artinya, investor memang masih bermain aman karena yen adalah salah satu safe haven yang dipercaya kala terjadi gejolak di perekonomian dunia. 

Selain yen, safe haven lainnya yaitu emas juga menjadi buruan pelaku pasar. Pada pukul 08:22 WIB, harga emas dunia naik 0,06%. Harga sang logam mulia masih dekat dengan level US$ 1.500/troy ons. 




TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular