
Ulasan Teknikal IHSG
Hat-Trick, IHSG Tutup Pekan dengan Manis
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 August 2019 17:55

Jakarta,CNBC Indonesia - Pasar saham sempat dibuat kaget ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi hebat pada Senin pekan ini (5/8/2019). Dampaknya, pelaku pasar ramai-ramai menjual saham di tengah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya tumbuh 5,05%.
Pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/8/2019), IHSG pun akhirnya menguat 0,12% dan ditutup ke level 6.282.
Meski menguat, secara akumulasi IHSG minggu ini mengalami pelemahan sebesar 0,92% karena indeks tertekan parah pada Senin-Selasa kendati menguat 3 hari terakhir di Rabu, Kamis dan Jumat. Indeks tertekan parah pada Senin mencapai 2,5%.
Hari ini, salah satu sentimen yang menggerakkan IHSG ialah data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada kuartal II-2019, NPI membukukan defisit US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI mampu menorehkan surplus US$ 2,42 miliar.
Sementara di pos yang menjadi sorotan utama, yaitu transaksi berjalan (current account), terjadi defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB).
Sentimen defisit transaksi berjalan (CAD) ini membuat penguatan IHSG terkikis namun tidak sampai terjerumus ke zona merah.
Pada sesi II, penguatan IHSG cenderung pudar karena aksi ambil untung para pelaku pasar saham khususnya investor lokal karena mengambil keuntungan (profit taking) usai IHSG menguat selama 3 hari berturut-turut serta jelang akhir pekan.
Secara teknikal, meski IHSG membentuk pola lilin hitam pendek (short black candle) pada grafik candlestick pada hari ini, tetapi masih pada jalur tren penguatan dalam jangka pendek.
Selain itu, IHSG masih diasosiasikan memiliki kecenderungan menguat karena bergerak di atas rata-rata nilainya selama 5 hari terakhir (moving average/MA5).
Secara momentum, IHSG bergerak pada posisi netral menurut indikator teknikal stochastic slow dan Relative Strength Index (RSI) dengan kecenderungan menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/8/2019), IHSG pun akhirnya menguat 0,12% dan ditutup ke level 6.282.
Meski menguat, secara akumulasi IHSG minggu ini mengalami pelemahan sebesar 0,92% karena indeks tertekan parah pada Senin-Selasa kendati menguat 3 hari terakhir di Rabu, Kamis dan Jumat. Indeks tertekan parah pada Senin mencapai 2,5%.
Hari ini, salah satu sentimen yang menggerakkan IHSG ialah data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Pada kuartal II-2019, NPI membukukan defisit US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya, NPI mampu menorehkan surplus US$ 2,42 miliar.
Sementara di pos yang menjadi sorotan utama, yaitu transaksi berjalan (current account), terjadi defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB).
Sentimen defisit transaksi berjalan (CAD) ini membuat penguatan IHSG terkikis namun tidak sampai terjerumus ke zona merah.
Pada sesi II, penguatan IHSG cenderung pudar karena aksi ambil untung para pelaku pasar saham khususnya investor lokal karena mengambil keuntungan (profit taking) usai IHSG menguat selama 3 hari berturut-turut serta jelang akhir pekan.
Secara teknikal, meski IHSG membentuk pola lilin hitam pendek (short black candle) pada grafik candlestick pada hari ini, tetapi masih pada jalur tren penguatan dalam jangka pendek.
Selain itu, IHSG masih diasosiasikan memiliki kecenderungan menguat karena bergerak di atas rata-rata nilainya selama 5 hari terakhir (moving average/MA5).
Secara momentum, IHSG bergerak pada posisi netral menurut indikator teknikal stochastic slow dan Relative Strength Index (RSI) dengan kecenderungan menguat.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Ini Momen Nahas Kala IHSG Jatuh dalam 10 Tahun Terakhir
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular