
Menguat Sih Menguat, Tapi Rupiah Terlemah Ketiga di Asia...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 August 2019 16:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun gerak rupiah terlihat malu-malu, penguatannya tergolong minimalis.
Pada Kamis (8/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.205 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,04%. Itu tidak lama, karena rupiah langsung terpeleset dan masuk ke zona merah.
Namun jelang tengah hari, rupiah sudah bisa mentas. Zona merah ditinggalkan, rupiah pun menguat.
Akan tetapi apresiasi rupiah relatif terbatas. Beberapa kali dolar AS mampu didorong ke bawah Rp 14.200, tetapi lagi-lagi tidak lama.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga berhasil menguat terhadap dolar AS. Tidak ada yang melemah, paling jelek stagnan yaitu dolar Hong Kong.
Dolar AS benar-benar 'dikeroyok' di Benua Kuning.
Akan tetapi, ya itu tadi, penguatan rupiah terlihat kecil dibandingkan para tetangganya. Rupiah hanya lebih baik dari dolar Hong Kong dan dolar Singapura. Ya, meski menguat tetapi rupiah adalah mata uang terlemah ketiga di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16: WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah dan mata uang Asia lainnya diuntungkan oleh terjaganya asa damai dagang AS-China. Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan AS siap menerima delegasi China untuk dialog dagang di Washington pada awal September. Tidak hanya itu, AS juga mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog membuahkan hasil positif.
Gary Locke, mantan Duta Besar AS untuk China periode 2011-2014, menyatakan AS harus 'mengalah'. AS tidak bisa hanya mementingkan kepentingan sendiri selagi mengorbankan perekonomian global akibat friksi dagang dengan China.
"The Federal Reserve (Bank Sentral AS) memperkirakan bea masuk terhadap produk-produk China akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa rata-rata US$ 1.000 di tingkat konsumen. Kenaikan harga seperti ini membuat AS sulit berkompetisi. Oleh karena itu, AS perlu menurunkan tensi ketegangan dan mencapai kesepakatan dengan China," tegas Locke, seperti diberitakan Reuters.
Harapan damai dagang AS-China yang masih terjaga membuat pelaku pasar sedikit tenang. Meski risiko masih membentang, tetapi setidaknya ada harapan untuk perbaikan.
Namun di sisi lain, rupiah tertekan oleh sentimen domestik. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel terkontraksi alias turun 1,8% year-on-year (YoY) pada Juni. Ini adalah laju terendah sejak Juli 2017 atau nyaris dua tahun.
Pada Juli, BI memperkirakan penjualan ritel kembali naik dengan pertumbuhan 2,3% YoY. Walau tumbuh, tetapi masih relatif lambat.
Selain itu, investor juga wait and see sehingga enggan terlalu agresif bermain di aset-aset berbasis rupiah. BI akan mengumumkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 pada esok hari.
Investor akan sangat mencermati data ini, terutama di pos transaksi berjalan (current account). BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dipandang berdimensi jangka panjang (sustainable) sehingga lebih bisa diandalkan sebagai fondasi nilai tukar mata uang.
Ketika transaksi berjalan defisit, apalagi semakin parah, maka mata uang akan sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Ini membuat mata uang lebih rentan berfluktuasi, tidak stabil.
Indonesia sudah tidak pernah merasakan surplus transaksi berjalan sejak 2011. Defisit transaksi berjalan terus menjadi 'hantu' yang membayangi perekonomian nasional, membuat rupiah dalam posisi rawan.
Oleh karena itu, wajar ketika investor cemas menantikan data NPI. Data tersebut, terutama pos transaksi berjalan, akan menentukan nasib rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (8/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.205 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat tipis 0,04%. Itu tidak lama, karena rupiah langsung terpeleset dan masuk ke zona merah.
Namun jelang tengah hari, rupiah sudah bisa mentas. Zona merah ditinggalkan, rupiah pun menguat.
Akan tetapi apresiasi rupiah relatif terbatas. Beberapa kali dolar AS mampu didorong ke bawah Rp 14.200, tetapi lagi-lagi tidak lama.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga berhasil menguat terhadap dolar AS. Tidak ada yang melemah, paling jelek stagnan yaitu dolar Hong Kong.
Dolar AS benar-benar 'dikeroyok' di Benua Kuning.
Akan tetapi, ya itu tadi, penguatan rupiah terlihat kecil dibandingkan para tetangganya. Rupiah hanya lebih baik dari dolar Hong Kong dan dolar Singapura. Ya, meski menguat tetapi rupiah adalah mata uang terlemah ketiga di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16: WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah dan mata uang Asia lainnya diuntungkan oleh terjaganya asa damai dagang AS-China. Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan AS siap menerima delegasi China untuk dialog dagang di Washington pada awal September. Tidak hanya itu, AS juga mempertimbangkan untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog membuahkan hasil positif.
Gary Locke, mantan Duta Besar AS untuk China periode 2011-2014, menyatakan AS harus 'mengalah'. AS tidak bisa hanya mementingkan kepentingan sendiri selagi mengorbankan perekonomian global akibat friksi dagang dengan China.
"The Federal Reserve (Bank Sentral AS) memperkirakan bea masuk terhadap produk-produk China akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa rata-rata US$ 1.000 di tingkat konsumen. Kenaikan harga seperti ini membuat AS sulit berkompetisi. Oleh karena itu, AS perlu menurunkan tensi ketegangan dan mencapai kesepakatan dengan China," tegas Locke, seperti diberitakan Reuters.
Harapan damai dagang AS-China yang masih terjaga membuat pelaku pasar sedikit tenang. Meski risiko masih membentang, tetapi setidaknya ada harapan untuk perbaikan.
Namun di sisi lain, rupiah tertekan oleh sentimen domestik. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel terkontraksi alias turun 1,8% year-on-year (YoY) pada Juni. Ini adalah laju terendah sejak Juli 2017 atau nyaris dua tahun.
Pada Juli, BI memperkirakan penjualan ritel kembali naik dengan pertumbuhan 2,3% YoY. Walau tumbuh, tetapi masih relatif lambat.
Selain itu, investor juga wait and see sehingga enggan terlalu agresif bermain di aset-aset berbasis rupiah. BI akan mengumumkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 pada esok hari.
Investor akan sangat mencermati data ini, terutama di pos transaksi berjalan (current account). BI memperkirakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II-2019 lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya.
![]() |
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dipandang berdimensi jangka panjang (sustainable) sehingga lebih bisa diandalkan sebagai fondasi nilai tukar mata uang.
Ketika transaksi berjalan defisit, apalagi semakin parah, maka mata uang akan sangat tergantung kepada arus modal di pasar keuangan alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Ini membuat mata uang lebih rentan berfluktuasi, tidak stabil.
Indonesia sudah tidak pernah merasakan surplus transaksi berjalan sejak 2011. Defisit transaksi berjalan terus menjadi 'hantu' yang membayangi perekonomian nasional, membuat rupiah dalam posisi rawan.
Oleh karena itu, wajar ketika investor cemas menantikan data NPI. Data tersebut, terutama pos transaksi berjalan, akan menentukan nasib rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular