
Genjot Fee Based, Bank Ini Incar Nasabah Kaya
Monica Wareza, CNBC Indonesia
07 August 2019 13:42

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/AUM) dan fund under management (FUM) divisi wealth management 2019 sebesar 8% dari posisi akhir tahun lalu. Untuk mendorong pertumbuhan ini, bank merekomendasikan nasabahnya migrasi dari investasi di deposito ke instrumen-instrumen investasi lainnya.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan perbankan saat ini masih melakukan edukasi kepada nasabah untuk mulai menyimpan asetnya di produk investasi yang beragam. Seperti surat utang ritel yang diterbitkan negara dan reksa dana.
"Kalau aset costumer itu pilih investasi, kan macam-macam ada resiko rendah, sedang dan tinggi, ini memberikan peluang yield yang lebih baik. Kalau suku bunga tabungan dan deposito ya memang terbatas ya," kata Hery di Kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Selain itu, Bank Mandiri juga bekerja sama dengan butik private banking asal Swiss untuk menyediakan produk investasi offshore yang akan ditawarkan kepada nasabah. Kerja sama ini dilakukan dengan bekerja sama dengan anak usaha Mandiri, yakni Mandiri Asset Management (MMI).
Di sisi perbankan, divisi ini juga menyumbangkan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar per tahun. Diharapkan pertumbuhannya bisa mencapai 12%-14% di tahun ini.
"Melalui layanan private banking ini juga mengalami pertumbuhan, sehingga tidak hanya punya bisnis lokal tapi juga ke kawasan Asia Tenggara, yaitu ke Singapura. Bisa layani lokal dan offshore," kata dia.
Hingga Juni 2019, jumlah AUM dan FUM wealth management Mandiri mencapai Rp 205 triliun, jumlah ini naik 8,5% secara year on year (YoY) dari posisi akhir Juni 2018.
(roy/roy) Next Article Mandiri Geber Terus Layanan Digital Banking
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan perbankan saat ini masih melakukan edukasi kepada nasabah untuk mulai menyimpan asetnya di produk investasi yang beragam. Seperti surat utang ritel yang diterbitkan negara dan reksa dana.
"Kalau aset costumer itu pilih investasi, kan macam-macam ada resiko rendah, sedang dan tinggi, ini memberikan peluang yield yang lebih baik. Kalau suku bunga tabungan dan deposito ya memang terbatas ya," kata Hery di Kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Di sisi perbankan, divisi ini juga menyumbangkan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar per tahun. Diharapkan pertumbuhannya bisa mencapai 12%-14% di tahun ini.
"Melalui layanan private banking ini juga mengalami pertumbuhan, sehingga tidak hanya punya bisnis lokal tapi juga ke kawasan Asia Tenggara, yaitu ke Singapura. Bisa layani lokal dan offshore," kata dia.
Hingga Juni 2019, jumlah AUM dan FUM wealth management Mandiri mencapai Rp 205 triliun, jumlah ini naik 8,5% secara year on year (YoY) dari posisi akhir Juni 2018.
(roy/roy) Next Article Mandiri Geber Terus Layanan Digital Banking
Most Popular