
Berkat Pengawalan BI, Rupiah Cuma Kalah Tipis Lawan Dolar AS
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2019 16:16

Namun apa boleh buat. Tarikan eksternal memang lebih kuat, sehingga rupiah belum bisa beranjak dari zona merah. Seperti kemarin, investor mencemaskan friksi dagang AS-China yang mulai mengarah ke perang mata uang alias currency war.
Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan hingga ke kisaran CNY 7/US$. Belum pernah yuan menyentuh level tersebut sejak 2008.
Baca:
Yuan Terlemah Sejak 2008, Perang Mata Uang Sudah Dimulai?
AS meradang dan menuding China sebagai manipulator kurs. Bahkan Kementerian Keuangan AS akan membuat laporan resmi ke Dana Moneter Internasional (IMF).
"Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan berkoordinasi dengan IMF untuk menghapus kompetisi tidak adil yang dilakukan oleh China. Sebagaimana disebut dalam laporan kepada Kongres, China punya sejarah panjang memfasilitasi pelemahan nilai tukar melalui intervensi dalam skala besar di pasar keuangan. Dalam beberapa hari terakhir, China sudah mengambil langkah konkret untuk mendevaluasi mata uang," papar keterangan tertulis Kementerian Keuangan AS.
Namun, pasar lebih khawatir negara-negara lain bakal mengikuti langkah China, melemahkan mata uang agar bisa bersaing di pasar ekspor. Bahkan bukan tidak mungkin AS juga melakukannya.
Dalam cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump 'mencolek' Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed. Seakan menjadi kode keras, mengapa dolar AS terlalu kuat dan The Fed tidak melakukan apa-apa.
"China menjatuhkan nilai mata uangnya ke posisi nyaris terlemah sepanjang sejarah. Ini yang namanya manipulasi kurs. Apakah Anda mendengar, Federal Reserve?" cuit Trump.
Jika kemudian China, AS, dan negara-negara lain melakukan devaluasi mata uang secara kompetitif, maka perang mata uang resmi berlangsung. Tidak ada lagi yang namanya mekanisme pasar. Ini tentu sangat berbahaya.
Melihat begitu besarnya risiko yang ada, pelaku pasar pun enggan masuk ke instrumen-instrumen di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sikap ini membuat pasar keuangan Tanah Air mengalami koreksi lumayan dalam.
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,91% dengan investor asing membukukan jual bersih Rp 1,91 triliun di pasar reguler dan non-reguler. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik 8,7 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan hingga ke kisaran CNY 7/US$. Belum pernah yuan menyentuh level tersebut sejak 2008.
Baca:
Yuan Terlemah Sejak 2008, Perang Mata Uang Sudah Dimulai?
"Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan berkoordinasi dengan IMF untuk menghapus kompetisi tidak adil yang dilakukan oleh China. Sebagaimana disebut dalam laporan kepada Kongres, China punya sejarah panjang memfasilitasi pelemahan nilai tukar melalui intervensi dalam skala besar di pasar keuangan. Dalam beberapa hari terakhir, China sudah mengambil langkah konkret untuk mendevaluasi mata uang," papar keterangan tertulis Kementerian Keuangan AS.
Namun, pasar lebih khawatir negara-negara lain bakal mengikuti langkah China, melemahkan mata uang agar bisa bersaing di pasar ekspor. Bahkan bukan tidak mungkin AS juga melakukannya.
Dalam cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump 'mencolek' Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed. Seakan menjadi kode keras, mengapa dolar AS terlalu kuat dan The Fed tidak melakukan apa-apa.
"China menjatuhkan nilai mata uangnya ke posisi nyaris terlemah sepanjang sejarah. Ini yang namanya manipulasi kurs. Apakah Anda mendengar, Federal Reserve?" cuit Trump.
Jika kemudian China, AS, dan negara-negara lain melakukan devaluasi mata uang secara kompetitif, maka perang mata uang resmi berlangsung. Tidak ada lagi yang namanya mekanisme pasar. Ini tentu sangat berbahaya.
Melihat begitu besarnya risiko yang ada, pelaku pasar pun enggan masuk ke instrumen-instrumen di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sikap ini membuat pasar keuangan Tanah Air mengalami koreksi lumayan dalam.
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,91% dengan investor asing membukukan jual bersih Rp 1,91 triliun di pasar reguler dan non-reguler. Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik 8,7 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular