
Yuan Sengaja Dilemahkan, Siap-siap RI Kebanjiran Barang China
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2019 15:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China memasuki babak baru. Setelah AS mengancam bakal mengenakan bea masuk baru, China membalas dengan tindakan yang lebih konkret yaitu 'melemahkan' mata uang yuan.
Kemarin, yuan melemah lebih dari 1% terhadap dolar AS dan menembus level CNY 7/US$. Terlemah sejak Maret 2008 atau 11 tahun lalu.
Baca:
Yuan Terlemah Sejak 2008, Perang Mata Uang Sudah Dimulai?
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam bakal mengenakan bea masuk 10% terhadap impor produk-produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini rencananya mulai berlaku 1 September.
China tidak terima. Sejak kemarin, China seakan membiarkan (atau malah mungkin sengaja) yuan melemah. Apa yang dikhawatirkan dunia sepertinya menjadi kenyataan, perang mata uang (currency war) sudah dimulai.
Depresiasi yuan membuat produk-produk asal China menjadi lebih murah di pasar global, sehingga mendongkrak kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu. Jadi walau sulit masuk pasar AS, negara tujuan ekspor utama, China bisa leluasa berpenetrasi ke negara-negara lain.
Ini yang kemudian menjadi isu. Produk China yang semakin sulit masuk ke AS akan membanjiri pasar-pasar negara lain. Bukan tidak mungkin Indonesia.
Kekhawatiran ini wajar, karena China adalah negara utama asal barang impor di Indonesia. Pada semester I-2019, impor non-migas asal China tercatat US$ 20,63% dengan kontribusi 28,91%.
Dengan yuan yang melemah, ada insentif tersendiri memborong barang-barang made in China. Jadi lebih murah, bung. Kalau tidak percaya boleh cek toko sebelah.
Baca:
Kacau! Neraca Dagang Semester I-2019 Terparah di Era Jokowi
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejak awal tahun, yuan melemah 3,03% terhadap rupiah. Jika yuan semakin lemah, maka sangat mungkin impor dari China bakal semakin deras.
Padahal yang terlibat perang dagang dan perang mata uang adalah AS-China. Namun dampaknya bisa merambat ke Indonesia.
Oleh karena itu, mari berharap AS dan China kembali ke meja perundingan. Pekan lalu, China dan AS baru saja menyelesaikan dialog di Shanghai. Pertemuan itu disebut-sebut jujur, efisien, dan konstruktif, menurut kantor berita Xinhua seperti dikutip dari Reuters.
Selepas di Shanghai, AS dan China sepakat untuk bertemu di Washington bulan depan. "China memberi konfirmasi seputar komitmen mereka untuk meningkatkan pembelian produk-produk pertanian AS. Pertemuan (di Shanghai) sangat konstruktif dan kami mengharapkan negosiasi berlanjut di Washington pada awal September," tulis pernyataan resmi Gedung Putih, akhir bulan lalu.
Namun apa mau dikata. Trump membuat ulah dan menyebabkan hubungan Washington-Beijing dipertaruhkan. Tidak hanya bagi AS dan China, dampaknya bisa meluas ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sejak Awal Tahun Rupiah Menguat 4% Lebih Lawan Yuan
Kemarin, yuan melemah lebih dari 1% terhadap dolar AS dan menembus level CNY 7/US$. Terlemah sejak Maret 2008 atau 11 tahun lalu.
Baca:
Yuan Terlemah Sejak 2008, Perang Mata Uang Sudah Dimulai?
China tidak terima. Sejak kemarin, China seakan membiarkan (atau malah mungkin sengaja) yuan melemah. Apa yang dikhawatirkan dunia sepertinya menjadi kenyataan, perang mata uang (currency war) sudah dimulai.
Depresiasi yuan membuat produk-produk asal China menjadi lebih murah di pasar global, sehingga mendongkrak kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu. Jadi walau sulit masuk pasar AS, negara tujuan ekspor utama, China bisa leluasa berpenetrasi ke negara-negara lain.
Ini yang kemudian menjadi isu. Produk China yang semakin sulit masuk ke AS akan membanjiri pasar-pasar negara lain. Bukan tidak mungkin Indonesia.
Kekhawatiran ini wajar, karena China adalah negara utama asal barang impor di Indonesia. Pada semester I-2019, impor non-migas asal China tercatat US$ 20,63% dengan kontribusi 28,91%.
Dengan yuan yang melemah, ada insentif tersendiri memborong barang-barang made in China. Jadi lebih murah, bung. Kalau tidak percaya boleh cek toko sebelah.
Baca:
Kacau! Neraca Dagang Semester I-2019 Terparah di Era Jokowi
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sejak awal tahun, yuan melemah 3,03% terhadap rupiah. Jika yuan semakin lemah, maka sangat mungkin impor dari China bakal semakin deras.
Padahal yang terlibat perang dagang dan perang mata uang adalah AS-China. Namun dampaknya bisa merambat ke Indonesia.
Oleh karena itu, mari berharap AS dan China kembali ke meja perundingan. Pekan lalu, China dan AS baru saja menyelesaikan dialog di Shanghai. Pertemuan itu disebut-sebut jujur, efisien, dan konstruktif, menurut kantor berita Xinhua seperti dikutip dari Reuters.
Selepas di Shanghai, AS dan China sepakat untuk bertemu di Washington bulan depan. "China memberi konfirmasi seputar komitmen mereka untuk meningkatkan pembelian produk-produk pertanian AS. Pertemuan (di Shanghai) sangat konstruktif dan kami mengharapkan negosiasi berlanjut di Washington pada awal September," tulis pernyataan resmi Gedung Putih, akhir bulan lalu.
Namun apa mau dikata. Trump membuat ulah dan menyebabkan hubungan Washington-Beijing dipertaruhkan. Tidak hanya bagi AS dan China, dampaknya bisa meluas ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sejak Awal Tahun Rupiah Menguat 4% Lebih Lawan Yuan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular