
Dear AS dan China, Baikan Dong Please...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2019 09:49

Kunci untuk menyelesaikan masalah ini adalah AS dan China harus kembali ke meja perundingan. Sejatinya kedua negara baru pekan lalu melaksanakan dialog dagang di Shanghai, dan rencananya berlanjut di Washington pada bulan depan.
Namun entah mengapa Trump kok kumat dan membuat suasana kembali keruh. Damai dagang kian jauh panggang dari api. Justru yang terjadi adalah perang dagang semakin panas dan mengarah ke perang mata uang.
Friksi AS China pasti akan mempengaruhi perekonomian global. Sebab, keduanya adalah kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi. Kala mereka saling hambat, rantai pasok global ikut tersendat.
Berbagai lembaga sudah sejak tahun lalu menyatakan bahwa perang dagang AS-China adalah salah satu risiko besar yang menyebabkan perlambatan ekonomi dunia. Namun entah mengapa sampai sekarang isu tersebut belum juga terselesaikan.
"Pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang, akan tersendat. Risiko-risiko yang akan dihadapi antara lain hambatan perdagangan, ketidakstabilan pasar keuangan, dan perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju," demikian tulis Bank Dunia dalam Global Economic Priospect terbitan Juni 2019.
"Pertumbuhan ekonomi global tetap lemah. AS dan China masih saling balas mengenakan bea masuk. Risiko pertumbuhan ekonomi global cenderung bias ke bawah (downside) akibat tensi dagang, perselisihan teknologi, perlambatan investasi, kerentanan di sektor keuangan, dan sebagainya," papar IMF dalam World Economic Outlook edisi Juli 2019.
"Ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Perekonomian AS diprakirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat. Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait ageing population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik. Kinerja ekspor yang menurun serta permintaan domestik yang melambat juga terjadi di Tiongkok dan India," sebut keterangan tertulis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Juli 2019.
Oleh karena itu, dunia sangat berharap AS dan China kembali mesra. Jika damai dagang AS-China terwujud, maka satu risiko besar bisa dihapus dari daftar sehingga dunia bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Jadi, AS-China harus kembali ke meja perundingan. Semoga dialog dagang di Washington pada September masih bisa terjadi, dan jalan menuju damai dagang bisa dibangun kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Namun entah mengapa Trump kok kumat dan membuat suasana kembali keruh. Damai dagang kian jauh panggang dari api. Justru yang terjadi adalah perang dagang semakin panas dan mengarah ke perang mata uang.
Friksi AS China pasti akan mempengaruhi perekonomian global. Sebab, keduanya adalah kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi. Kala mereka saling hambat, rantai pasok global ikut tersendat.
"Pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang, akan tersendat. Risiko-risiko yang akan dihadapi antara lain hambatan perdagangan, ketidakstabilan pasar keuangan, dan perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju," demikian tulis Bank Dunia dalam Global Economic Priospect terbitan Juni 2019.
"Pertumbuhan ekonomi global tetap lemah. AS dan China masih saling balas mengenakan bea masuk. Risiko pertumbuhan ekonomi global cenderung bias ke bawah (downside) akibat tensi dagang, perselisihan teknologi, perlambatan investasi, kerentanan di sektor keuangan, dan sebagainya," papar IMF dalam World Economic Outlook edisi Juli 2019.
"Ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Perekonomian AS diprakirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat. Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait ageing population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik. Kinerja ekspor yang menurun serta permintaan domestik yang melambat juga terjadi di Tiongkok dan India," sebut keterangan tertulis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Juli 2019.
Oleh karena itu, dunia sangat berharap AS dan China kembali mesra. Jika damai dagang AS-China terwujud, maka satu risiko besar bisa dihapus dari daftar sehingga dunia bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Jadi, AS-China harus kembali ke meja perundingan. Semoga dialog dagang di Washington pada September masih bisa terjadi, dan jalan menuju damai dagang bisa dibangun kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular