Ancaman Perang Kurs dan Perlambatan Ekonomi Jepit Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 August 2019 16:29
Ancaman Baru Bernama Perang Mata Uang
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Sementara dari sisi eksternal, rupiah hanya satu dari banyak mata uang Asia yang melemah di hadapan dolar AS. Bahkan yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang Asia yang masih mampu menguat. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:19 WIB: 

 

Pasar keuangan Asia memang sedang dilanda prahara. Tidak cuma pasar valas, bursa saham Benua Kuning pun berjatuhan. Koreksi 1-2% adalah pemandangan biasa. 

 

Investor benar-benar cemas melihat perkembangan hubungan AS-China. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui cuitan di Twitter menebar ancaman bakal menerapkan bea masuk 10% bagi importasi produk-produk asal China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan tersebut rencananya berlaku mulai 1 September. 

China tidak terima. Namun cara China mengancam lebih sangar lagi. Tidak cuma berkoar di media sosial, China sepertinya menempuh cara ekstrem dengan 'memainkan' nilai tukar yuan. 

Hari ini yuan melemah parah di hadapan dolar AS, anjlok di kisaran 1%. US$ 1 sudah berada di level CNY 7, sesuatu yang kali terakhir terjadi pada 2008. 

 


Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan. China memang bisa melakukan itu, karena nilai tukar yuan tidak sepenuhnya bergerak sesuai mekanisme pasar. 

Bank Sentral China (PBoC) setiap hari menetapkan nilai tengah yuan. Mata uang ini hanya boleh melemah atau menguat maksimal 2% dari nilai tengah tersebut. 

Ketika yuan melemah, ekspor China akan kompetitif karena produk Negeri Tirai Bambu lebih murah di pasar global. Jadi walau barang China sulit masuk ke AS, tetapi tidak masalah karena bisa berpenetrasi ke negara-negara lain. 

Jika kemudian negara lain melakukan hal serupa, melemahkan mata uang demi menggenjot ekspor, maka terjadilah apa yang disebut perang mata uang (currency war). Devaluasi kompetitif seperti ini tentu tidak sehat dan sepertinya menjadi ancaman baru bagi perekonomian global. Perang dagang sudah naik kelas, bertransformasi menjadi perang mata uang. 

Dalam situasi 'mencekam' seperti ini, mana ada investor yang berani bermain-main dengan instrumen berisiko. Itu sebabnya yen bisa menguat sendirian di Asia, sebab mata uang Negeri Matahari Terbit adalah salah satu aset ama (safe haven) selain emas dan franc Swiss.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular