Terungkap! KRAS Undang 3 Mitra Strategis, Siapa Saja?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
02 August 2019 16:22
Tiga mitra strategis yang sedang dijajaki tersebut, yaitu Posco, Nippon Steel, Osaka Steel.
Foto: Konferensi Pers Krakatau Steel di Gedung Krakatau Steel Jakarta, Minggu (24/3).(CNBC Indonesia/Rehia Sebayang)
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten baja badan usaha milik negara (BUMN), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sedang menjajaki tiga mitra strategis baru untuk memperbaiki kinerja perseroan selain melakukan restrukturisasi. Tiga mitra strategis yang sedang dijajaki tersebut, yaitu Posco, Nippon Steel, Osaka Steel.

Direktur Utama Krakatau Steel mengatakan, saat ini KRAS sedang melakukan studi kelayakan atau feasibility study untuk mengoptimalkan kerja sama dengan mitra strategis tersebut. Silmy menyebut, dengan adanya mitra baru, kapasitas produksi Krakatau Steel akan digenjot menjadi 10 juta ton.

"Secara paralel kita bicara dengan ketiganya untuk bagaimana mengoptimalkan peran dalam kerjasama-kerjasama selama ini," ungkap Silmy Karim, kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2019).


Dirinya menambahkan, selain menggenjot produksi baja, kerja sama tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan penggunaan teknologi terkini serta menambah produk-produk untuk bisa memenuhi standar baja untuk industri otomotif, perminyakan dan gas.

Apalagi, kata Silmy, perkembangan baja untuk industri otomotif nasional tumbuh signifikan pun demikian halnya untuk untuk oil gas yang terkenal dengan safety-nya.

"Jika restrukturisasi lancar, maka tahun 2020 kita akan wujudkan konsep industri 4.0 di Krakatau Steel," katanya menambahkan.


Sebelumnya Tanri Abeng, Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pertama periode 1998-1999, menyarankan agar PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bisa mencari mitra strategis baru guna memulihkan kinerja perusahaan yang saat ini didera persoalan rugi beruntun 7 tahun dan utang mencapai di atas Rp 30 triliun.

"Kalau KS, ini kesalahan strategi. Zaman saya [1998-1999], strategi kami waktu itu cari strategist partner, karena butuh teknologi tinggi, membutuhkan capital tinggi dan management world class, jadi saya katakan belum [waktunya] masuk pasar modal, kita cari strategi partner," katanya dalam talkshow di CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2019).

Oleh karena itu, Tanri menekankan beberapa poin bagi KRAS yakni bagaimana sokongan pendanaan yang cukup, teknologi, investasi, kemitraan strategis, dan manajemen pengelolaan yang tepat dan mengerti industri.

Dia menyebut, strategi KRAS lebih tepat untuk mencari mitra karena investor luar lebih mapan dari sisi teknologi dan pendanaan.


Ketika masih menjabat Menteri BUMN, Tanri memang berencana menjalin kemitraan dengan Mittal Steel Company dari India, yang pada Juni 2006 mengakuisisi perusahaan baja lainnya, Arcelor dan menjadikannya sebagai ArcelorMittal.

"Kalau Mittal masuk pada saat itu, KRAS bisa jadi [perusahaan baja] yang terbesar, tapi itu tidak dilakukan. Apa yang dilakukan adalah go public [masuk bursa] tapi manajemen tidak dibenahi, kemampuan tidak ada, teknologi tidak masuk, terus terang KRAS masih berdarah-darah," katanya.
(hps/hps) Next Article KRAS Raih Pendapatan US$ 689,8 Juta di Kuartal I 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular