Sang Pendekar Turun Gunung, Dolar Diusir ke Bawah Rp 14.200

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 August 2019 14:45
Sang Pendekar Turun Gunung, Dolar Diusir ke Bawah Rp 14.200
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun dolar AS kini berhasil didorong ke bawah Rp 14.200. 

Pada Jumat (2/8/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.190. Rupiah masih melemah 0,57% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Walau melemah, tetapi depresiasi rupiah menipis karena dolar AS sempat agak nyaman di kisaran 14.200. Apa yang membuat rupiah mampu memperkecil ketertinggalan? 

Sepertinya Bank Indonesia (BI) 'turun gunung'. Intervensi bank sentral di pasar valas dan obligasi pemerintah tampaknya lumayan besar sehingga membuat pelemahan rupiah terkikis. 

"Kita intervensi di pasar spot, DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), dan bond (obligasi)," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/7/2019). 


Berkat bantuan sang 'pendekar', nasib rupiah kini membaik. Walau masih tenggelam di zona merah, setidaknya kepala rupiah sekarang berada di atas air sehingga bisa agak bernafas. 

Apa boleh buat, memang sulit buat rupiah untuk tidak melemah. Pasalnya berbagai sentimen negatif menyemuti pasar keuangan Asia. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Pertama dan yang paling utama adalah risiko kembali berkobarnya api perang dagang AS-China. Selepas dialog dagang di Shanghai, yang disebut cukup konstruktif, Presiden AS Donald Trump malah membuat ulah. 

"Perwakilan kami baru saja tiba dari China, di mana mereka mengadakan perundingan yang konstruktif menuju kesepakatan dagang. Kami merasa mampu mencapai kesepakatan dengan China tiga bulan lalu, tetapi sayang China memutuskan untuk negosiasi ulang. 

"Baru-baru ini, China sepakat untuk membeli produk pertanian AS dalam jumlah besar, tetapi tidak dilakukan. Ditambah lagi, kawan saya Presiden Xi (Jinping) mengatakan akan menghentikan penjualan Fentanyl ke AS - ini tidak akan terjadi - dan banyak orang AS kesusahan! 

"Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%," papar Trump dalam sebuah utas (thread) di Twitter. 

China pun bereaksi. Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing bakal menerapkan serangan balasan jika AS jadi mengenakan bea masuk baru. 

"Kalau AS melakukan itu, maka kami akan melakukan balasan. Kami tidak mau ada perang dagang, tetapi tidak takut untuk menghadapinya.  

"Kami harap AS berhenti melakukan ilusi dan bertanggung jawab dengan kembali mencari solusi masalah-masalah perdagangan. Bea masuk tidak akan menguntungkan AS, China, dan seluruh dunia. 

"Sikap China dalam perundingan dagang tetap konsisten. China tidak akan tunduk terhadap ancaman dan intimidasi. Pintu perundingan selalu terbuka," papar Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti diwartakan Reuters. 

Tidak hanya perang dagang AS vs China, perang dagang Jepang vs Korea Selatan pun memanas. Hari ini, Tokyo menghapus Korea Selatan dari daftar putih (whitelist) perdagangan. Penghapusan Korea Selatan dari whitelist akan membuat produk Negeri Ginseng lebih sulit masuk ke Jepang karena berbagai fasilitas ditiadakan. 

Namun Seoul tidak menyerah. Presiden Korea Selatan Moon Jae In menegaskan bahwa Negeri Ginseng tidak mau kalah lagi. Kekalahan ini merujuk pada penjajahan Jepang sebelum Perang Dunia II. 

Pemerintah Korea Selatan juga membuka situs baru yang bisa menjadi rujukan pengusaha ketika akan mengekspor ke Jepang. Situs tersebut berisi panduan hal-hal yang dibutuhkan dan proses yang harus dijalani sehingga dunia usaha tidak perlu cemas. 

Perang dagang yang memanas membuat pelaku pasar enggan bermain agresif dan mengambil risiko. Aset-aset di pasar keuangan negara berkembang ditinggalkan, termasuk di Indonesia, sehingga rupiah sangat sulit menguat.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular