Ini Penyebab 2 Emiten Media Bakrie Merugi di Semester I

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 August 2019 12:58
Ini Penyebab 2 Emiten Media Bakrie Merugi di Semester I
Foto: Detikcom
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua emiten media naungan Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) dan anak usahanya PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) sama-sama membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan pada semester I-2019.

Pasalnya, baik dari kinerja top line maupun bottom line tak satupun yang mencatatkan pertumbuhan positif, VIVA bahkan harus pasrah merugi.

Laba MDIA Amblas dan VIVA Merugi, Dalangnya Apa?Foto: CNBC Indonesia

Dari tabel di atas terlihat bahwa pendapatan MDIA dan VIVA kompak turun. Total penjualan pemilik stasiun televisi tvOne dan ANTV, yakini VIVA, turun 18,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi RP 1,12 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,37 triliun.

Setelah ditelusuri, penyebab penurunan pendapatan VIVA adalah anjloknya pemasukan dari iklan. Hingga akhir Juni pendapatan iklan Viva anjlok 18,61% YoY menjadi Rp 1,11 triliun, dari Rp 1,37 triliun di semester I-2018.


Dalam siaran pers, manajemen perusahaan menyampaikan belanja iklan pada semester pertama tahun ini belum menunjukkan perbaikan, bahkan cenderung melambat. Namun, perusahaan tetap berusaha menyuguhkan konten berkualitas.

Sementara itu, kondisi MDIA bahkan lebih parah karena pendapatan perusahaan terperosok 28,9% YoY menjadi Rp 756,39 miliar. Penyebab penurunan tersebut juga sama, yaitu anjloknya pendapatan iklan.

Lebih lanjut, kinerja laba bersih MDIA dan VIVA bahkan tidak kalah mengecewakan.

Laba bersih MDIA terjun bebas ke level Rp 28,01 miliar, dari perolehan semester pertama tahun lalu sebesar Rp 226,08 miliar.

Sementara itu, induk usahanya, VIVA, kembali merugi, bahkan nilai kerugiannya membengkak 14,35% YoY menjadi Rp 233,32 miliar.

Lala apa pemicu utama yang menekan kinerja keuangan anak usaha naungan Grup Bakrie tersebut?

(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
Momok di balik amblasnya laba bersih VIVA dan MDIA adalah tingginya proporsi (rasio) beban usaha kedua perusahaan. Rasio beban usaha adalah proporsi beban usaha terhadap total pendapatan.

Sepanjang semester I-2019, rasio beban usaha VIVA naik hingga 99,06% menjadi Rp 1,11 triliun. Hal ini mengakibatkan imbal hasil (marjin) laba usaha yang tersisa hanya 0,94% (setara Rp 10,47 miliar).


Padahal di semester I-2018 perusahaan setidaknya masih membukukan marjin laba usaha sebesar 18,71% atau Rp 256,54 miliar. Sungguh kontras sekali.

Beban usaha tahun lalu melesat disokong dari kenaikan biaya amortisasi persediaan program materi, penyusutan, gaji dan upah karyawan, dan pemasaran. Jika ditotal, keempat jenis biaya tersebut menyumbang hingga 78,69% total beban usaha, naik 6,13% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, masih terdapat pos beban lainnya yang menekan laba VIVA, termasuk beban keuangan, denda pajak, dan beban lainnya.

Lebih lanjut, faktor yang sama juga menjadi momok amblasnya laba MDIA, dimana rasio beban usaha perusahaan meroket menjadi 96,26% ke level dari hanya 69,05%.

Total beban usaha yang dibukukan perusahaan semester pertama tahun ini adalah Rp 728,1 miliar. Dengan demikian, MDIA hanya mencatat marjin laba usaha sebesar 3,74%, dari 30,95%.

Pos pembiayaan yang menyokong tingginya rasio beban usaha adalah biaya amortisasi persediaan program materi, biaya beban program, dan biaya jasa profesional. Sedangkan pos beban utama lainnya yang menekan laba MDIA, termasuk beban administrasi bank & beban bunga, serta beban dan denda pajak.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular