
Rupiah Terlemah Sejak 10 Juli, Terlemah di Asia, Salah Siapa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 16:10

Tema di pasar keuangan dunia hari ini adalah keperkasaan dolar AS. Pada pukul 15:36 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,37%.
Laju mata uang Negeri Paman Sam didorong oleh hasil rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed), Federal open Market Committee/FOMC. Ketua Jerome 'Jay' Powell memutuskan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25. Ini menjadi penurunan pertama sejak akhir 2008 atau lebih dari satu dasawarsa.
Penurunan 25 bps ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun komentar yang menyertainya membuat investor sedikit panik.
"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya.
Apa boleh buat, pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell.
Investor memperkirakan Federal Funds Rate hanya akan turun 25 bps lagi ke 1,75-2% sampai akhir tahun. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya adalah 43%, tertinggi di antara peluang lainnya. The Fed ternyata tidak mau terlalu agresif.
Perkembangan ini membuat dolar AS melaju kencang. Penurunan suku bunga acuan yang tidak agresif, bahkan mungkin tidak ada lagi sampai akhir 2019, membuat investasi di dolar AS tidak rugi-rugi banget lah. Ini menjadi faktor utama penyebab keperkasaan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang, tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Laju mata uang Negeri Paman Sam didorong oleh hasil rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed), Federal open Market Committee/FOMC. Ketua Jerome 'Jay' Powell memutuskan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25. Ini menjadi penurunan pertama sejak akhir 2008 atau lebih dari satu dasawarsa.
"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters.
Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya.
Apa boleh buat, pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell.
Investor memperkirakan Federal Funds Rate hanya akan turun 25 bps lagi ke 1,75-2% sampai akhir tahun. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya adalah 43%, tertinggi di antara peluang lainnya. The Fed ternyata tidak mau terlalu agresif.
![]() |
Perkembangan ini membuat dolar AS melaju kencang. Penurunan suku bunga acuan yang tidak agresif, bahkan mungkin tidak ada lagi sampai akhir 2019, membuat investasi di dolar AS tidak rugi-rugi banget lah. Ini menjadi faktor utama penyebab keperkasaan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang, tidak terkecuali rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular