Rupiah Terlemah Sejak 10 Juli, Terlemah di Asia, Salah Siapa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 16:10
Rupiah Terlemah Sejak 10 Juli, Terlemah di Asia, Salah Siapa?
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah menembus kisaran Rp 14.100. 

Pada Kamis (1/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.110 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,7% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terlemah sejak 10 Juli. 



Saat pembukaan pasar, rupiah sudah melemah 0,31%. Selepas itu, rupiah terus melemah dan dolar AS akhirnya menembus level Rp 14.100. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Betul, memang hampir seluruh mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Hanya ada satu yang masih bisa menguat yaitu dolar Hong Kong, itu pun tipis sekali. 

Akan tetapi, nasib rupiah tetap yang paling apes. Depresiasi 0,77% membawa rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Bukan start yang baik untuk memulai bulan yang baru. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16: WIB: 





(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tema di pasar keuangan dunia hari ini adalah keperkasaan dolar AS. Pada pukul 15:36 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,37%. 


Laju mata uang Negeri Paman Sam didorong oleh hasil rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed), Federal open Market Committee/FOMC. Ketua Jerome 'Jay' Powell memutuskan menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) ke 2-2,25. Ini menjadi penurunan pertama sejak akhir 2008 atau lebih dari satu dasawarsa. 



Penurunan 25 bps ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun komentar yang menyertainya membuat investor sedikit panik. 

"Saya perjelas. Ini bukan awal dari rangkaian panjang penurunan suku bunga," tegasnya, seperti dikutip dari Reuters. 

Selepas pernyataan itu, Powell kemudian mengatakan hal yang agak berkebalikan. "Saya tidak bilang hanya akan ada sekali penurunan suku bunga," ujarnya. 

Apa boleh buat, pelaku pasar terlanjur berpersepsi bahwa The Fed tidak terlampau kalem alias dovish. Sisa-sisa hawkish dari tahun lalu sepertinya masih ada dalam diri Powell. 

Investor memperkirakan Federal Funds Rate hanya akan turun 25 bps lagi ke 1,75-2% sampai akhir tahun. Mengutip CME Fedwatch, probabilitasnya adalah 43%, tertinggi di antara peluang lainnya. The Fed ternyata tidak mau terlalu agresif. 

CME Fedwatch
 
Perkembangan ini membuat dolar AS melaju kencang. Penurunan suku bunga acuan yang tidak agresif, bahkan mungkin tidak ada lagi sampai akhir 2019, membuat investasi di dolar AS tidak rugi-rugi banget lah. Ini menjadi faktor utama penyebab keperkasaan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang, tidak terkecuali rupiah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular