Hasil Pertemuan The Fed Mengecewakan, IHSG Turun Tipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 August 2019 12:49
Hasil Pertemuan The Fed Mengecewakan, IHSG Turun Tipis
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan pelemahan tipis 0,08% ke level 6.385,26, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejatinya sempat membalikkan keadaan dengan merangsek ke zona hijau. Sayang per akhir sesi satu, IHSG melemah tipis 0,02% ke level 6.389,05.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,36%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,88%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,7%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,33%), dan PT Pakuwon Jati Tbk/PWON (-4,08%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,06%, indeks Shanghai jatuh 0,78%, indeks Hang Seng memelamh 0,68%, indeks Straits Times terkoreksi 0,13%, dan indeks Kospi berkurang 0,15%.



Sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning yang datang dari hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada dini hari tadi, The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 2%-2,25%, menandai pemangkasan pertama sejak tahun 2008 silam. Keputusan The Fed kali ini sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.

Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian, serta rendahnya tekanan inflasi.

Dalam rilis resminya, The Fed membuka pintu pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut dengan mengatakan bahwa pihaknya akan "bertindak sebagaimana mestinya untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi".

Namun, yang menjadi masalah adalah kala Jerome Powell selaku Gubernur The Fed menggelar konferensi pers. Dalam konferensi pers, Powell menyebut bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada dini hari tadi hanyalah sebuah "penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment".

Powell menjelaskan bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Powell, dilansir dari CNBC International.

"Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat."

Hasil Pertemuan The Fed Mengecewakan, IHSG Turun TipisFoto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)


Padahal, sebelumnya pelaku pasar berharap bahwa The Fed akan mengeluarkan pernyataan yang begitu dovish. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 30 Juli 2019 atau sebelum The Fed mengumumkan hasil rapatnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa akan ada dua hingga tiga pemangkasan tingkat suku bunga acuan di sepanjang tahun ini. Probabilitas The Fed hanya akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak satu kali pada tahun ini hanyalah 12,9%.

Kini (berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 31 Juli 2019), probabilitas bahwa The Fed hanya akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak satu kali pada tahun ini (sudah dieksekusi pada dini hari tadi) melonjak menjadi 43,3%.

Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan oleh The Fed akan membuat perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing. Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Juli 2019 mendapatkan respons negatif dari pelaku pasar saham. Sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi sebesar 0,31% secara bulanan, di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,25%. Sementara itu, inflasi secara tahunan berada di level 3,32%.

Dikhawatirkan, inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi tersebut akan membatasi ruang gerak Bank Indonesia (BI) dalam memangkas tingkat suku bunga acuan. Sekedar mengingatkan, pasca menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari pada tanggal 17 dan 18 Juli, BI mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan alias 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps, dari 6% ke level 5,75%.

Kedepannya, BI melihat bahwa ruang pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut masih terbuka seiring dengan rendahnya inflasi serta demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi, tekanan dari perekonomian global sudah mulai mereda di tahun ini karena China dan AS kembali sepakat untuk melanjutkan negosiasi dagang.

"Sudah akomodatif dari beberapa bulan terakhir dan akan tetap akomodatif ke depannya. Kita longgarkan kebijakan atau bisa juga penurunan suku bunga," tegas Gubernur BI Perry Warjiyo kala itu.

Hasil Pertemuan The Fed Mengecewakan, IHSG Turun TipisFoto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki


Ada kekhawatiran bahwa inflasi yang relatif tinggi akan membuat ruang gerak BI dalam kembali melonggarkan suku bunga acuannya menjadi terbatas. Padahal, saat ini perekonomian Indonesia sedang lesu dan membutuhkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

Lesunya kondisi perekonomian saat ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2018, target pertumbuhan ekonomi dipatok di level 5,4%. Namun, realisasinya hanyalah 5,17%.

Pada kuartal I-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh di level 5,07% secara tahunan, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19%.

Untuk diketahui, sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Tepis Pelemahan Bursa Regional, IHSG ke Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular