
Top Banget! 'Thomas Lembong Effect' Kembali Hijaukan IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 July 2019 17:25

Lebih lanjut, tekanan bagi bursa saham Asia datang dari kekhawatiran terkait dengan hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada tanggal 30 dan 31 Juli waktu setempat, The Fed akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Hasil dari pertemuan selama dua hari ini akan diumumkan pada tanggal 31 Juli waktu setempat atau Kamis (1/8/2019) dini hari waktu Indonesia.
Saat ini, ekspektasinya adalah The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps, bukan 50 bps. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 31 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah sebesar 79,1%.
Sekedar mengingatkan, probabilitas The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps pada pekan ini sempat meroket ke atas 50% pasca John Williams selaku New York Federal Reserve President mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.
Namun kemudian, pernyataan tersebut kemudian didinginkan oleh Federal Reserve Bank of New York yang menyebut bahwa pernyataan dari Williams tersebut bersifat akademis dan tidak mencerminkan arah kebijakan moneter dari bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.
Sejatinya, kemarin ada perkembangan baru yang sejatinya bisa membuat peta permainan kembali berubah. Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index diumumkan tumbuh 1,6% secara tahunan pada Juni 2019, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar 1,7%.
Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. Core PCE price index merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi.
Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanyalah sebesar 25 bps.
Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan secara signifikan, dikhawatirkan perekonomian AS akan mengalami yang namanya hard landing. Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam. BERLANJUT KE HALAMAN TIGA (ank/hps)
Saat ini, ekspektasinya adalah The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps, bukan 50 bps. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 31 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah sebesar 79,1%.
Sekedar mengingatkan, probabilitas The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps pada pekan ini sempat meroket ke atas 50% pasca John Williams selaku New York Federal Reserve President mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.
Sejatinya, kemarin ada perkembangan baru yang sejatinya bisa membuat peta permainan kembali berubah. Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index diumumkan tumbuh 1,6% secara tahunan pada Juni 2019, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar 1,7%.
Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. Core PCE price index merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi.
Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanyalah sebesar 25 bps.
Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan secara signifikan, dikhawatirkan perekonomian AS akan mengalami yang namanya hard landing. Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam. BERLANJUT KE HALAMAN TIGA (ank/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular