
Penjualan Mobil Global Lesu, Harga Karet Sulit Bangkit
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
29 July 2019 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif dunia yang sedang lesu masih terus memberi beban pada harga karet alam dunia.
Pada perdagangan hari Senin (29/7/2019) harga karet alam kontrak pengiriman Desember di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) ditutup amblas 1,31% di level JPY 181/kg. Akhir pekan lalu (16/7/2019), harga karet yang sama juga merosot hingga 2,81%.
Harga karet alam masih terus mendapat tekanan dari aktivitas industri kendaraan bermotor yang kurang bergairah.
Berdasarkan data dari sebuah konsultan otomotif asal Jerman, Verband der Automobilindustrie, angka penjualan mobil penumpang di sejumlah negara utama dunia pada semester I-2019 menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Di China, penjualan mobil penumpang sepanjang Januari-Juni 2019 hanya sebanyak 9,93 juta unit, atau turun hingga 14% dibanding tahun sebelumnya. China merupakan pasar otomotif terbesar di kawasan Asia.
Sama halnya dengan di beberapa negara lain Rusia, Amerika Serikat (AS), dan India, yang mana penjualan mobil semester I-2019 terkontraksi masing-masing sebesar 2,4%, 1,9%, dan 10,3% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dari negara yang disurvei oleh Verband der Automobilindustrie, hanya Brasil saja yang mampu mencatat pertumbuhan penjualan mobil di paruh pertama 2019.
Fenomena ini tidak terlepas dari adanya perang dagang antara AS dengan China yang telah berkecamuk sejak pertengahan tahun 2018. Perang dagang membuat sejumlah produsen komponen terkait otomotif semakin mahal untuk melakukan perdagangan internasional.
Terlebih, AS dan China merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Rantai pasokan global pasti terhubung dengan keduanya, baik langsung maupun tak langsung.
Selain itu, perang dagang AS-China juga telah menekan laju pertumbuhan ekonomi global yang berhujung pada penurunan tingkat konsumsi.
Terkait karet, industri otomotif punya peran yang sangat penting. Pasalnya karet banyak digunakan sebagai bahan baku ban kendaraan bermotor, seperti mobil, motor, truk, dan sebagainya.
Kala industri otomotif lesu, pertumbuhan permintaan karet pun kemungkinan besar mengikuti.
Sayangnya, industri otomotif diprediksi masih akan terus tertekan. Mengutip Forbes, laporan dari Center for Automotive Research (CAR) di Jerman, memperkirakan penjualan mobil global sepanjang tahun 2019 akan turun menjadi 79,5 juta unit dari 83,7 juta unit tahun 2018.
CAR juga memprediksi tren penurunan penjualan mobil belum akan berbalik arah hingga tahun 2022.
"Menurut perkiraan kami yang lebih konservatif, penjualan kendaraan di seluruh dunia akan menurun lebih dari 4 juta unit pada 2019. Secara global, penurunan ini dua kali lebih besar dibanding yang terjadi pada krisis keuangan global [2008]," tulis Direktur Profesor CAR dalam laporannya, dikutip dari Forbes.
Sebagai informasi, harga futures karet di bursa TOCOM seringkali mempengaruhi harga karet fisik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia, Malaysia, dan Thailand merupakan negara yang menguasai dua pertiga dari produksi karet dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article 2 Bulan Anjlok 14%, Jualan Mobil Februari Terendah Sejak 2011
Pada perdagangan hari Senin (29/7/2019) harga karet alam kontrak pengiriman Desember di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) ditutup amblas 1,31% di level JPY 181/kg. Akhir pekan lalu (16/7/2019), harga karet yang sama juga merosot hingga 2,81%.
Berdasarkan data dari sebuah konsultan otomotif asal Jerman, Verband der Automobilindustrie, angka penjualan mobil penumpang di sejumlah negara utama dunia pada semester I-2019 menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Di China, penjualan mobil penumpang sepanjang Januari-Juni 2019 hanya sebanyak 9,93 juta unit, atau turun hingga 14% dibanding tahun sebelumnya. China merupakan pasar otomotif terbesar di kawasan Asia.
Sama halnya dengan di beberapa negara lain Rusia, Amerika Serikat (AS), dan India, yang mana penjualan mobil semester I-2019 terkontraksi masing-masing sebesar 2,4%, 1,9%, dan 10,3% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dari negara yang disurvei oleh Verband der Automobilindustrie, hanya Brasil saja yang mampu mencatat pertumbuhan penjualan mobil di paruh pertama 2019.
Fenomena ini tidak terlepas dari adanya perang dagang antara AS dengan China yang telah berkecamuk sejak pertengahan tahun 2018. Perang dagang membuat sejumlah produsen komponen terkait otomotif semakin mahal untuk melakukan perdagangan internasional.
Terlebih, AS dan China merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Rantai pasokan global pasti terhubung dengan keduanya, baik langsung maupun tak langsung.
Selain itu, perang dagang AS-China juga telah menekan laju pertumbuhan ekonomi global yang berhujung pada penurunan tingkat konsumsi.
Terkait karet, industri otomotif punya peran yang sangat penting. Pasalnya karet banyak digunakan sebagai bahan baku ban kendaraan bermotor, seperti mobil, motor, truk, dan sebagainya.
Kala industri otomotif lesu, pertumbuhan permintaan karet pun kemungkinan besar mengikuti.
Sayangnya, industri otomotif diprediksi masih akan terus tertekan. Mengutip Forbes, laporan dari Center for Automotive Research (CAR) di Jerman, memperkirakan penjualan mobil global sepanjang tahun 2019 akan turun menjadi 79,5 juta unit dari 83,7 juta unit tahun 2018.
CAR juga memprediksi tren penurunan penjualan mobil belum akan berbalik arah hingga tahun 2022.
"Menurut perkiraan kami yang lebih konservatif, penjualan kendaraan di seluruh dunia akan menurun lebih dari 4 juta unit pada 2019. Secara global, penurunan ini dua kali lebih besar dibanding yang terjadi pada krisis keuangan global [2008]," tulis Direktur Profesor CAR dalam laporannya, dikutip dari Forbes.
Sebagai informasi, harga futures karet di bursa TOCOM seringkali mempengaruhi harga karet fisik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia, Malaysia, dan Thailand merupakan negara yang menguasai dua pertiga dari produksi karet dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article 2 Bulan Anjlok 14%, Jualan Mobil Februari Terendah Sejak 2011
Most Popular