
Saham Unilever Dkk Babak Belur, Ternyata Ini Penyebabnya
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 July 2019 16:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham konsumer dengan kapitalitasi pasar jumbo dilego investor pada hari ini. Hingga penutupan, harga sahamĀ PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) anjlok 3,57%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) ambruk 3,09%, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) jatuh 0,27%, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) melemah 0,024%, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) terkoreksi 0,41%.
Tercatat, harga saham HMSP berada di level terendahnya dalam empat tahun atau sejak Juli 2015 silam.
Seiring dengan anjloknya harga saham-saham konsumer dengan kapitalitasi pasar jumbo tersebut, indeks sektor barang konsumsi melemah hingga 1,45%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini ditransaksikan melemah 0,46% ke level 6.296,29.
Kalau dari sisi kinerja keuangan, sejatinya performa HMSP bisa dibilang menggembirakan. Melansir laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan pada hari Jumat (26/7/2019), untuk periode kuartal II-2019, perusahaan membukukan penjualan senilai Rp 26,9 triliun.
Laba bersih perusahaan adalah senilai Rp 3,5 triliun, cukup jauh di atas konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang memperkirakan laba perusahaan akan diumumkan di level Rp 3,1 triliun saja.
Tampaknya, prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia atas makanan, minuman, dan rokok yang kurang oke menjadi alasan dari dilegonya saham-saham konsumer pada hari ini. Jika diamati, dari kelima emiten konsumer dengan kapitalitasi pasar jumbo yang sahamnya dilego pada hari ini, hampir semuanya memiliki kesamaan yakni produk perusahaan adalah dalam bentuk makanan, minuman, dan rokok.
Melansir data dari Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), dalam empat bulan pertama tahun ini, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel secara tahunan (year-on-year/YoY) selalu lebih baik ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Ambil contoh pada bulan Januari. Pada periode Januari 2018, survei yang dilakukan oleh BI mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel terkontraksi sebesar 1,8% YoY. Pada Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2% YoY.
Pada April 2019, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tercatat mencapai 6,7% YoY, mengalahkan capaian pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 4,1% YoY.
Namun memasuki bulan Mei dan Juni, pertumbuhan barang-barang ritel justru melempem. Pada Mei 2019, BI mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh sebesar 7,7% YoY, di bawah capaian periode Mei 2018 yang mencapai 8,3% YoY.
Untuk bulan Juni (angka sementara), pertumbuhan penjualan barang-barang ritel bahkan tercatat di level 2,2% YoY. Pada Juni 2018, pertumbuhannya sedikit lebih tinggi yakni 2,3% YoY.
Kini, mari beralih ke pos makanan, minuman, dan rokok (tembakau). Ternyata, sudah sedari bulan April pertumbuhan penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok selalu lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada April 2019, survei BI menunjukkan bahwa penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok hanya tumbuh sebesar 5,8% YoY, di bawah pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 7,7% YoY. Pada Mei 2019, pertumbuhannya adalah sebesar 6,4% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Mei 2018 yang mencapai dua digit, tepatnya 11,3%.
Untuk bulan Juni (angka sementara), pertumbuhan penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok bahkan tercatat melandai hingga ke level 2,9% YoY, jauh di bawah pertumbuhan periode Juni 2018 yang mencapai 6,6%.
Lesunya penjualan barang-barang ritel (termasuk di pos makanan, minuman, dan rokok) dalam beberapa bulan terakhir tentu mengkhawatirkan. Pasalnya, pada bulan Mei dan Juni ada momen hari raya Idul Fitri yang seharusnya bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia. Mundur ke bulan April, ada kehadiran pemilihan umum (Pemilu) yang disebut-sebut bisa mendongkrak konsumsi masyarakat.
Lantaran momen Pemilu dan Idul Fitri sudah lewat, ada kekhawatiran bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan semakin loyo di bulan-bulan mendatang. Hal ini pada akhirnya melandasi aksi jual atas saham-saham konsumer, utamanya yang bergerak di bidang penjualan makanan, minuman, dan rokok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sukses Pimpin UNVR, Ira Noviarti Siap Tempati Posisi Baru
Tercatat, harga saham HMSP berada di level terendahnya dalam empat tahun atau sejak Juli 2015 silam.
Seiring dengan anjloknya harga saham-saham konsumer dengan kapitalitasi pasar jumbo tersebut, indeks sektor barang konsumsi melemah hingga 1,45%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini ditransaksikan melemah 0,46% ke level 6.296,29.
Kalau dari sisi kinerja keuangan, sejatinya performa HMSP bisa dibilang menggembirakan. Melansir laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan pada hari Jumat (26/7/2019), untuk periode kuartal II-2019, perusahaan membukukan penjualan senilai Rp 26,9 triliun.
Laba bersih perusahaan adalah senilai Rp 3,5 triliun, cukup jauh di atas konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang memperkirakan laba perusahaan akan diumumkan di level Rp 3,1 triliun saja.
Tampaknya, prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia atas makanan, minuman, dan rokok yang kurang oke menjadi alasan dari dilegonya saham-saham konsumer pada hari ini. Jika diamati, dari kelima emiten konsumer dengan kapitalitasi pasar jumbo yang sahamnya dilego pada hari ini, hampir semuanya memiliki kesamaan yakni produk perusahaan adalah dalam bentuk makanan, minuman, dan rokok.
Melansir data dari Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), dalam empat bulan pertama tahun ini, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel secara tahunan (year-on-year/YoY) selalu lebih baik ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.
Ambil contoh pada bulan Januari. Pada periode Januari 2018, survei yang dilakukan oleh BI mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel terkontraksi sebesar 1,8% YoY. Pada Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2% YoY.
Pada April 2019, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tercatat mencapai 6,7% YoY, mengalahkan capaian pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 4,1% YoY.
Namun memasuki bulan Mei dan Juni, pertumbuhan barang-barang ritel justru melempem. Pada Mei 2019, BI mencatat bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh sebesar 7,7% YoY, di bawah capaian periode Mei 2018 yang mencapai 8,3% YoY.
Untuk bulan Juni (angka sementara), pertumbuhan penjualan barang-barang ritel bahkan tercatat di level 2,2% YoY. Pada Juni 2018, pertumbuhannya sedikit lebih tinggi yakni 2,3% YoY.
Kini, mari beralih ke pos makanan, minuman, dan rokok (tembakau). Ternyata, sudah sedari bulan April pertumbuhan penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok selalu lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada April 2019, survei BI menunjukkan bahwa penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok hanya tumbuh sebesar 5,8% YoY, di bawah pertumbuhan periode April 2018 yang sebesar 7,7% YoY. Pada Mei 2019, pertumbuhannya adalah sebesar 6,4% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Mei 2018 yang mencapai dua digit, tepatnya 11,3%.
Untuk bulan Juni (angka sementara), pertumbuhan penjualan di pos makanan, minuman, dan rokok bahkan tercatat melandai hingga ke level 2,9% YoY, jauh di bawah pertumbuhan periode Juni 2018 yang mencapai 6,6%.
Lesunya penjualan barang-barang ritel (termasuk di pos makanan, minuman, dan rokok) dalam beberapa bulan terakhir tentu mengkhawatirkan. Pasalnya, pada bulan Mei dan Juni ada momen hari raya Idul Fitri yang seharusnya bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia. Mundur ke bulan April, ada kehadiran pemilihan umum (Pemilu) yang disebut-sebut bisa mendongkrak konsumsi masyarakat.
Lantaran momen Pemilu dan Idul Fitri sudah lewat, ada kekhawatiran bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan semakin loyo di bulan-bulan mendatang. Hal ini pada akhirnya melandasi aksi jual atas saham-saham konsumer, utamanya yang bergerak di bidang penjualan makanan, minuman, dan rokok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Sukses Pimpin UNVR, Ira Noviarti Siap Tempati Posisi Baru
Most Popular