Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Dolar AS Masih Rp 14.000-an

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 July 2019 10:33
Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Dolar AS Masih Rp 14.000-an
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah bernasib serupa di perdagangan pasar spot. 

Pada Senin (29/7/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.010. Rupiah melemah tipis 0,06% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan menyentuh titik terlemah sejak 12 Juli. 

Rupiah sudah melemah dalam dua hari perdagangan beruntun. Akhir pekan lalu rupiah melemah 0,11% terhadap dolar AS di kurs tengah BI. 

 

Di perdagangan pasar spot, rupiah juga melemah tipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010 di mana rupiah melemah 0,08%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat 0,06%. Seiring perjalanan, rupiah masih melemah tetapi tipis-tipis saja. 

Meski melemah tipis, rupiah sempat menjadi mata uang terlemah di Asia. Akan tetapi sekarang tidak lagi, karena posisi juru kunci kini dihuni oleh yuan China. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pukul 10:13 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya faktor domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah hari ini. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi sedang tinggi untuk membayar impor atau utang jatuh tempo. Rupiah dilepas untuk ditukarkan ke valas, sehingga wajar mata uang Tanah Air melemah. 

Kemudian, pelaku pasar juga cenderung wait and see jelang rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Juli waktu setempat. Pelaku pasar masih mencari petunjuk ke mana suku bunga acuan Negeri Paman Sam akan bergerak. 

Federal Funds Rate hampir pasti bakal turun bulan ini. Pertanyaannya adalah, apakah turun 25 basis poin (bps) atau 50 bps? 

Mengutip CME Fedwatch, angin masih mengarah ke penurunan moderat 25 bps dengan probabilitas 78,1%. Namun perlu dicatat bahwa probabiitasnya turun, karena akhir pekan lalu masih 81,2%. 

Sementara peluang penurunan 50 bps memang 'cuma' 21,9%. Akan tetapi peluangnya naik dari akhir pekan lalu yaitu 18,8%. 

Dinamika ini menggambarkan pasar yang tengah galau, tebak-tebak buah manggis seberapa besar Ketua Jerome 'Jay' Powell akan menurunkan suku bunga acuan. Masa-masa yang menenangkan seperti ini membuat investor memilih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Pada pukul 10:21 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,25% akibat investor asing yang membukukan jual bersih Rp 97,84 miliar. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2 bps. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual. 

Minimnya pasokan 'darah' di pasar keuangan membuat rupiah melemah. Setidaknya rupiah bukan lagi yang terlemah di Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular