
Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Dolar AS Masih Rp 14.000-an
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 July 2019 10:33

Sepertinya faktor domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah hari ini. Jelang akhir bulan, kebutuhan valas korporasi sedang tinggi untuk membayar impor atau utang jatuh tempo. Rupiah dilepas untuk ditukarkan ke valas, sehingga wajar mata uang Tanah Air melemah.
Kemudian, pelaku pasar juga cenderung wait and see jelang rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Juli waktu setempat. Pelaku pasar masih mencari petunjuk ke mana suku bunga acuan Negeri Paman Sam akan bergerak.
Federal Funds Rate hampir pasti bakal turun bulan ini. Pertanyaannya adalah, apakah turun 25 basis poin (bps) atau 50 bps?
Mengutip CME Fedwatch, angin masih mengarah ke penurunan moderat 25 bps dengan probabilitas 78,1%. Namun perlu dicatat bahwa probabiitasnya turun, karena akhir pekan lalu masih 81,2%.
Sementara peluang penurunan 50 bps memang 'cuma' 21,9%. Akan tetapi peluangnya naik dari akhir pekan lalu yaitu 18,8%.
Dinamika ini menggambarkan pasar yang tengah galau, tebak-tebak buah manggis seberapa besar Ketua Jerome 'Jay' Powell akan menurunkan suku bunga acuan. Masa-masa yang menenangkan seperti ini membuat investor memilih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada pukul 10:21 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,25% akibat investor asing yang membukukan jual bersih Rp 97,84 miliar. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2 bps. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual.
Minimnya pasokan 'darah' di pasar keuangan membuat rupiah melemah. Setidaknya rupiah bukan lagi yang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kemudian, pelaku pasar juga cenderung wait and see jelang rapat komite pengambil kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Juli waktu setempat. Pelaku pasar masih mencari petunjuk ke mana suku bunga acuan Negeri Paman Sam akan bergerak.
Federal Funds Rate hampir pasti bakal turun bulan ini. Pertanyaannya adalah, apakah turun 25 basis poin (bps) atau 50 bps?
Sementara peluang penurunan 50 bps memang 'cuma' 21,9%. Akan tetapi peluangnya naik dari akhir pekan lalu yaitu 18,8%.
Dinamika ini menggambarkan pasar yang tengah galau, tebak-tebak buah manggis seberapa besar Ketua Jerome 'Jay' Powell akan menurunkan suku bunga acuan. Masa-masa yang menenangkan seperti ini membuat investor memilih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pada pukul 10:21 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,25% akibat investor asing yang membukukan jual bersih Rp 97,84 miliar. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2 bps. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena tekanan jual.
Minimnya pasokan 'darah' di pasar keuangan membuat rupiah melemah. Setidaknya rupiah bukan lagi yang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular