
Round Up Sepekan
Ada yang Jeblok Hingga 36%, Ini 5 Saham dengan Kinerja Buruk
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
27 July 2019 16:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, bursa saham acuan Tanah Air bukannya menjadi juara pertama dengan tingkat imbal hasil paling tinggi, justru menjadi jawara di kategori top losers di antara bursa saham Benua Kuning.
Sejatinya mayoritas bursa saham acuan kawasan Asia loyo pada pekan ini. Namun IHSG menjadi pecundang dengan melemah hingga 2,03% dan terperosok di bawah level psikologis 6.400 dengan ditutup di 6.325,24.
Terlebih lagi, investor asing juga ikut berbondong-bondong meninggalkan bursa saham Tanah Air. Dalam sepakan, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 2,44 triliun.
Lebih lanjut, jika dilihat dari sisi pergerakan emiten, perusahaan mana sajakah yang membukukan koreksi paling dalam selama pekan ini sehingga masuk dalam daftar top losers.
1. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
Emiten telekomunikasi, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) memimpin kategori top losers karena harga sahamnya anjlok hingga 35,39%, dari Rp 308/saham menjadi Rp 199/saham.
Besar kemungkinan salah satu pemicu merosotnya harga saham perusahaan adalah investor asing yang tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp 177,96 miliar. Sedangkan total nilai transaksi yang dibukukan emiten FREN dalam sepekan mencapai Rp 474,1 miliar.
2. PT Intan Baruprana Financa Tbk (IBFN)
Saham PT Intan Baruprana Finance Tbk mengalami koreksi 28,57% dalam pekan ini menjadi Rp 180/saham, dimana pada penutupan perdagangan kemarin (26/7/2019) kapitalisasi pasar perusahaan mencapai Rp 272,12 miliar.
Perusahaan didirikan pada tahun 1991 yang kemudian di 2003 diakuisisi oleh PT Intraco Penta Tbk. Lalu, pada tahun 2010, IBF mendirikan unit Bisnis Syariah untuk mendukung ekspansi usahanya yang kemudian dicabut lisensinya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun lalu.
3. PT Indo Kordsa Tbk (BRAM)
Sepanjang sepekan, PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) mencatatkan penurunan harga saham sebesar 27,46% menjadi Rp 8.125/saham. Meskipun demikian, koreksi tersebut tidak memberikan dampak signifikan pada IHSG. Pasalnya dalam sepekan, nilai transaksi emiten BRAM hanya Rp 4 juta. Alhasil wajar saja jika emiten satu ini tidak dilirik investor asing.
BRAM merupakan produsen benang polister dan kain untuk ban. Produk perusahaan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tapi juga pasar internasional seperti Thailand, Jepang, China, Korea Selatan, dan Turki.
4. PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB)
Harga sahahm PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB) pada pekan terakhir bulan Juli anjlok 25,4%, dari Rp 252/saham menjadi hanya Rp 188/saham.
Saham SKYB baru kembali diperdagangkan pada 13 Juni 2019, setelah sebelumnya dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena tidak membukukan pendapatan usaha sejak 1 Oktober 2018 sampai dengan 31 Desember 2018.
SKYBÂ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan ponsel dan produk pendukung penyedia layanan. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 1996 silam.
5. PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS)
Emiten produsen baru bara berkalori tinggi, PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) masuk kategori top losers karena terkoreksi hingga 25% dan menutup perdagangan pekan ini di level Rp 1.350/saham. Uniknya, meskipun tercatat sebagai top losers pekan ini, kinerja fundamental perusahaan tidaklah buruk.
Hingga akhir Maret 2019, BOSS membukukan laba bersih sebesar US$ 0,9 juta pada kuartal I-2019, meningkat hingga 800% dibanding kuartal I-2018 yang hanya US$ 0,1 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dru) Next Article Ini 5 Saham Top Losers di IHSG
Sejatinya mayoritas bursa saham acuan kawasan Asia loyo pada pekan ini. Namun IHSG menjadi pecundang dengan melemah hingga 2,03% dan terperosok di bawah level psikologis 6.400 dengan ditutup di 6.325,24.
Terlebih lagi, investor asing juga ikut berbondong-bondong meninggalkan bursa saham Tanah Air. Dalam sepakan, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 2,44 triliun.
1. PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)
Emiten telekomunikasi, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) memimpin kategori top losers karena harga sahamnya anjlok hingga 35,39%, dari Rp 308/saham menjadi Rp 199/saham.
Besar kemungkinan salah satu pemicu merosotnya harga saham perusahaan adalah investor asing yang tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp 177,96 miliar. Sedangkan total nilai transaksi yang dibukukan emiten FREN dalam sepekan mencapai Rp 474,1 miliar.
2. PT Intan Baruprana Financa Tbk (IBFN)
Saham PT Intan Baruprana Finance Tbk mengalami koreksi 28,57% dalam pekan ini menjadi Rp 180/saham, dimana pada penutupan perdagangan kemarin (26/7/2019) kapitalisasi pasar perusahaan mencapai Rp 272,12 miliar.
Perusahaan didirikan pada tahun 1991 yang kemudian di 2003 diakuisisi oleh PT Intraco Penta Tbk. Lalu, pada tahun 2010, IBF mendirikan unit Bisnis Syariah untuk mendukung ekspansi usahanya yang kemudian dicabut lisensinya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun lalu.
3. PT Indo Kordsa Tbk (BRAM)
Sepanjang sepekan, PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) mencatatkan penurunan harga saham sebesar 27,46% menjadi Rp 8.125/saham. Meskipun demikian, koreksi tersebut tidak memberikan dampak signifikan pada IHSG. Pasalnya dalam sepekan, nilai transaksi emiten BRAM hanya Rp 4 juta. Alhasil wajar saja jika emiten satu ini tidak dilirik investor asing.
BRAM merupakan produsen benang polister dan kain untuk ban. Produk perusahaan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tapi juga pasar internasional seperti Thailand, Jepang, China, Korea Selatan, dan Turki.
4. PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB)
Harga sahahm PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB) pada pekan terakhir bulan Juli anjlok 25,4%, dari Rp 252/saham menjadi hanya Rp 188/saham.
Saham SKYB baru kembali diperdagangkan pada 13 Juni 2019, setelah sebelumnya dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena tidak membukukan pendapatan usaha sejak 1 Oktober 2018 sampai dengan 31 Desember 2018.
SKYBÂ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan ponsel dan produk pendukung penyedia layanan. Perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 1996 silam.
5. PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS)
Emiten produsen baru bara berkalori tinggi, PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) masuk kategori top losers karena terkoreksi hingga 25% dan menutup perdagangan pekan ini di level Rp 1.350/saham. Uniknya, meskipun tercatat sebagai top losers pekan ini, kinerja fundamental perusahaan tidaklah buruk.
Hingga akhir Maret 2019, BOSS membukukan laba bersih sebesar US$ 0,9 juta pada kuartal I-2019, meningkat hingga 800% dibanding kuartal I-2018 yang hanya US$ 0,1 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dru) Next Article Ini 5 Saham Top Losers di IHSG
Most Popular