
Analisis
Meski Menguat Siang Ini, Gerak Rupiah Masih Belum Bertenaga
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 July 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah tiga hari berturut-turut tidak sempat mencicipi zona hijau, rupiah pada akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (25/7/19). Indeks dolar yang akhirnya terkoreksi berhasil dimanfaatkan Mata Uang Garuda.
Dolar AS dalam tekanan setelah aktivitas sektor manufakturnya mengalami kemerosotan. Pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS versi IHS Markit untuk periode Juli berada di angka 50, dibandingkan bulan sebelumnya 50,6. Angka indeks di bulan Juli tersebut merupakan yang terendah sejak September 2009.
Data tersebut tentunya memberikan tekanan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk segera bertindak agar mampu mempertahankan ekspansi ekonomi Paman Sam. The Fed hampir pasti memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Namun mengenai seberapa besar, atau seagresif apa pemangkasan yang akan dilakukan masih menjadi pertanyaan. Ini membuat penguatan indeks dolar belakangan ini terlihat berlebihan.
Peluang The Fed memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) 31 Juli nanti memang kecil, tetapi pemangkasan sebanyak tiga kali di tahun ini masih terbuka lebar. Pelaku pasar sempat melupakan hal tersebut sehingga dolar terus menguat. Ketika pasar tersadar lagi mengenai ekspektasi yang berlebihan itu, dolar pun terkoreksi.
Sebelum The Fed, fokus pasar hari ini tertuju pada pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pukul 18:45 WIB. Meski tidak berkaitan langsung, langkah ECB nantinya bisa memberikan gambaran kemana arah indeks dolar AS.
Jika ECB memangkas suku bunganya pada kesempatan kali ini, maka euro berpotensi jeblok dan indeks dolar bisa menguat lagi. Euro memiliki andil 57,6% dalam pembentukan indeks dolar, sehingga pergerakan mata uang 19 negara ini akan berdampak signifikan.
Namun, ECB sepertinya belum akan memangkas suku bunganya, dan "hanya" mengubah panduan kebijakan ke depannya, sehingga belum jelas ke mana euro akan bergerak. ECB terlihat baru akan memangkas suku bunga pada September.
Efek dari kebijakan moneter ECB baru akan terasa untuk rupiah pada perdagangan Jumat besok, mengingat pengumuman tersebut dilakukan setelah pasar Indonesia tutup. Pada pukul 12:15 WIB, nilai tukar rupiah berada di level 13.979 berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram yang masuk ke wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh jual (oversold). Indikator tersebut terlihat akan membatasi penguatan rupiah.
Sesuai dengan analisis teknikal Kamis kemarin, rupiah kembali ke bawah level psikologis Rp 14.000, dan mencapai target Rp 13.980 pada hari ini. Untuk melanjutkan penguatan, rupiah perlu menembus konsisten ke bawah level Rp 13.980, dengan target ke area Rp 13.963.
Sementara jika tertahan di atas Rp 13.980, Mata Uang Garuda berpotensi bergerak sideways di kisaran Rp 13.980-14.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Dolar AS dalam tekanan setelah aktivitas sektor manufakturnya mengalami kemerosotan. Pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS versi IHS Markit untuk periode Juli berada di angka 50, dibandingkan bulan sebelumnya 50,6. Angka indeks di bulan Juli tersebut merupakan yang terendah sejak September 2009.
Data tersebut tentunya memberikan tekanan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk segera bertindak agar mampu mempertahankan ekspansi ekonomi Paman Sam. The Fed hampir pasti memangkas suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).
Peluang The Fed memangkas suku bunga 50 basis poin (bps) 31 Juli nanti memang kecil, tetapi pemangkasan sebanyak tiga kali di tahun ini masih terbuka lebar. Pelaku pasar sempat melupakan hal tersebut sehingga dolar terus menguat. Ketika pasar tersadar lagi mengenai ekspektasi yang berlebihan itu, dolar pun terkoreksi.
Sebelum The Fed, fokus pasar hari ini tertuju pada pengumuman kebijakan moneter European Central Bank (ECB) pukul 18:45 WIB. Meski tidak berkaitan langsung, langkah ECB nantinya bisa memberikan gambaran kemana arah indeks dolar AS.
Jika ECB memangkas suku bunganya pada kesempatan kali ini, maka euro berpotensi jeblok dan indeks dolar bisa menguat lagi. Euro memiliki andil 57,6% dalam pembentukan indeks dolar, sehingga pergerakan mata uang 19 negara ini akan berdampak signifikan.
Namun, ECB sepertinya belum akan memangkas suku bunganya, dan "hanya" mengubah panduan kebijakan ke depannya, sehingga belum jelas ke mana euro akan bergerak. ECB terlihat baru akan memangkas suku bunga pada September.
Efek dari kebijakan moneter ECB baru akan terasa untuk rupiah pada perdagangan Jumat besok, mengingat pengumuman tersebut dilakukan setelah pasar Indonesia tutup. Pada pukul 12:15 WIB, nilai tukar rupiah berada di level 13.979 berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram yang masuk ke wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh jual (oversold). Indikator tersebut terlihat akan membatasi penguatan rupiah.
Sesuai dengan analisis teknikal Kamis kemarin, rupiah kembali ke bawah level psikologis Rp 14.000, dan mencapai target Rp 13.980 pada hari ini. Untuk melanjutkan penguatan, rupiah perlu menembus konsisten ke bawah level Rp 13.980, dengan target ke area Rp 13.963.
Sementara jika tertahan di atas Rp 13.980, Mata Uang Garuda berpotensi bergerak sideways di kisaran Rp 13.980-14.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular