
Semua Baik-baik Saja, Harga Minyak Stagnan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 July 2019 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah amblas lebih dari 1%, harga minyak mulai stabil. Pada perdagangan hari Kamis (25/7/2019) pukul 10:30 WIB, harga minyak jenis Brent menguat 0,22% ke level US$ 63,32/barel.
Adapun harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September naik 0,29% menjadi US$ 63,32/barel.
Sehari sebelumnya, harga Brent dan WTI amblas masing-masing sebesar 1,01% dan 1,57%.
Kejatuhan harga minyak kemarin disebabkan oleh rilis pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS) bulan Juni yang hanya 50 atau terendah sejak September 2009.
Sebagai informasi, angka PMI di atas 50 berarti terjadi ekspansi pada industri manufaktur. Sebaliknya, bila di bawah 50 menandakan sedang terjadi kontraksi.
Pas di 50 berarti kondisi industri manufaktur sedang stagnan. Bila perlambatan ekonomi terus semakin parah, bukan tidak mungkin aktivitas manufaktur balik terkontraksi.
Sayangnya, untuk pasar minyak mentah, industri manufaktur memiliki peran penting.
Industri manufaktur yang bergairah akan membuat permintaan energi meningkat. Namun karena PMI jatuh ke level terendah sejak hampir 10 tahun lalu, pertumbuhan permintaan energi, termasuk minyak juga terancam.
Kini, sentimen tersebut telah reda. Harga minyak kembali mendapat dorongan dari penurunan stok minyak AS untuk minggu yang berakhir pada 19 Juli sebesar 10,8 juta barel.
Penurunan itu lebih dalam ketimbang prediksi konsensus yang hanya 4 juta barel, mengutip Reuters.
Setidaknya untuk jangka pendek, permintaan minyak dari AS akan naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Adapun harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September naik 0,29% menjadi US$ 63,32/barel.
Sehari sebelumnya, harga Brent dan WTI amblas masing-masing sebesar 1,01% dan 1,57%.
Kejatuhan harga minyak kemarin disebabkan oleh rilis pembacaan awal Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS) bulan Juni yang hanya 50 atau terendah sejak September 2009.
Sebagai informasi, angka PMI di atas 50 berarti terjadi ekspansi pada industri manufaktur. Sebaliknya, bila di bawah 50 menandakan sedang terjadi kontraksi.
Pas di 50 berarti kondisi industri manufaktur sedang stagnan. Bila perlambatan ekonomi terus semakin parah, bukan tidak mungkin aktivitas manufaktur balik terkontraksi.
Sayangnya, untuk pasar minyak mentah, industri manufaktur memiliki peran penting.
Industri manufaktur yang bergairah akan membuat permintaan energi meningkat. Namun karena PMI jatuh ke level terendah sejak hampir 10 tahun lalu, pertumbuhan permintaan energi, termasuk minyak juga terancam.
Kini, sentimen tersebut telah reda. Harga minyak kembali mendapat dorongan dari penurunan stok minyak AS untuk minggu yang berakhir pada 19 Juli sebesar 10,8 juta barel.
Penurunan itu lebih dalam ketimbang prediksi konsensus yang hanya 4 juta barel, mengutip Reuters.
Setidaknya untuk jangka pendek, permintaan minyak dari AS akan naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Most Popular