Rupiah Keok Tiga Hari Beruntun, IHSG Betah di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 July 2019 13:13
Rupiah Keok Tiga Hari Beruntun, IHSG Betah di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan penguatan sebesar 0,15% ke level 6.413,32, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya sesaat merasakan manisnya zona hijau. Hingga tengah hari, IHSG cenderung ditransaksikan di zona merah. Per akhir sesi satu, IHSG melemah 0,24% ke level 6.388,6.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,65%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,88%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (-12,17%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,74%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,38%).

IHSG harus pasrah ditransaksikan di zona merah kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,43%, indeks Shanghai melejit 1,01%, indeks Hang Seng melesat 0,93%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,2%.

Damai dagang AS-China yang kian dekat sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Melansir CNBC International, beberapa sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa delegasi AS akan segera bertandang ke China guna mempercepat proses penandatanganan kesepakatan dagang. Menurut sumber tersebut, delegasi AS akan bertolak ke China di antara hari Jumat (26/7/2019) hingga Kamis (1/8/2019).

Kabar gembira ini datang pasca kedua negara sebelumnya saling menunjukkan etikat baik guna mendinginkan suasana. Melansir Bloomberg, pada hari Senin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei.

Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.

"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.

Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Kala itu, Trump menyebut bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang besar. Namun pada pekan lalu, Trump mengatakan bahwa hingga kini China belum juga menepati janjinya tersebut.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.
Depresiasi rupiah membuat sentimen positif berupa kemesraan AS-China di bidang perdagangan menjadi tak bisa mengangkat kinerja bursa saham tanah air. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,18% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.005/dolar AS. Tiga hari sudah rupiah keok melawan greenback.

Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini masih menjadi faktor yang membuat rupiah babak belur.

Sejatinya, pada pekan lalu sempat membuncah optimisme yang begitu besar bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuannya bulan ini. Optimisme tersebut membuncah seiring dengan komentar yang dilontarkan John Williams selaku New York Federal Reserve President.

Williams mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.

“Lebih baik untuk mengambil langkah pencegahan ketimbang menunggu datangnya bencana,” kata Williams.

Namun, pernyataan tersebut kemudian didinginkan oleh Federal Reserve Bank of New York yang menyebut bahwa pernyataan dari Williams tersebut bersifat akademis dan tidak mencerminkan arah kebijakan moneter dari bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 24 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini hanya tersisa 21,4%. Padahal sebelumnya, merespons pernyataan dari Williams, probabilitasnya sempat melonjak menjadi ke atas 50%.

Kini, pelaku pasar meyakini bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang akan dieksekusi oleh The Fed pada akhir bulan ini hanya sebesar 25 bps, di mana probabilitasnya mencapai 78,6%.

Selain itu, pelaku pasar juga terlihat grogi dalam menantikan rilis pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI AS periode Juli 2019. Data ini akan diumumkan oleh Markit pada pukul 20:45 WIB. Konsensus untuk data ini berada di level 50,9, seperti dilansir dari Forex Factory.

Rilis data ekonomi ini sangat dinantikan oleh investor guna melihat dampak dari perang dagang dengan China terhadap perekonomian Negeri Paman Sam.

Jika sampai data ini mampu mengalahkan ekspektasi, akan timbul persepsi bahwa tekanan terhadap perekonomian AS tidaklah terlalu besar. Pada akhirnya, pelaku pasar akan kian yakin bahwa The Fed tak akan bertindak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini.

Kala The Fed tak kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan, imbal hasil dari instrumen berpendapatan tetap di AS akan berada di level yang relatif tinggi. Akibatnya, aliran modal berlarian meninggalkan rupiah dan menyemut di dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular