BNI Akui Ikut Urunan Kredit Sindikasi ke Krakatau Steel
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
23 July 2019 17:34

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyatakan ikut mengucurkan kredit sindikasi sepertiga dari total kredit US$ 200 juta untuk modal kerja emiten baja pelat merah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).
BNI mengucurkan kredit bersama bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Penyaluran kredit sindikasi tersebut merupakan bagian dari rencana restrukturisasi utang Krakatau Steel.
Bob Tyasika Ananta, Direktur Manajemen Risiko BNI meyakini, kredit sindikasi itu dapat lunas untuk di tahun ini, apalagi KRAS sudah menyiapkan sejumlah rencana memperbaiki kinerja, termasuk melepas anak usaha.
"Ini semacam bridging loan, sampai akhir tahun ini bisa lunas," kata Bob, saat paparan kinerja perseroan di Menara BNI, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Bob melanjutkan, KRAS, saat ini juga sedang berupaya merampingkan anak usahanya melalui divestasi. Dengan demikian, penyaluran kredit sindikasi ini diharapkan akan berdampak positif bagi KRAS. "Saat ini sudah ada anak usaha terkait kelistrikan (KRAS), sudah ada yang beli," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel menuturkan sejumlah rencana termasuk menambah modal melalui mekanisme rights issue atau hak memesan efek terlebih dahulu pada kuartal keempat tahun ini. KRAS memang tengah fokus memperbaiki kinerjanya.
"Fokus sekarang melakukan restrukturisasi utang dan bisnis, bagaimana kita mengoptimalisasi anak usaha," kata Silmy di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
KRAS memang tengah menghadapi masalah yang pelik. Perusahaan baja pelat merah ini mencatatkan kerugian selama tujuh tahun berturut-turut dan banyak utang jangka pendek.
Mengacu laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Beban keuangan yang dicatatkan KRAS pada 2018 adalah sebesar US$ 112,33 juta atau setara dengan Rp 1,57 triliun (asumsi kurs Rp 14.000) tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2011 yang hanya US$ 40,62 juta.
Akibatnya KRAS masih harus menelan kerugian sepanjang tahun lalu, meski pendapatan naik 20% dari 2017 sebesar US$ 1,44 miliar, menjadi US$ 1,73 miliar pada 2018. Rugi bersih perusahaan tercatat US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun meski angka ini turun dibandingkan kerugian 2017 senilai US$ 81,74 juta.
(roy/roy) Next Article Menelaah Semangat BNI Syariah Dukung Pendanaan Infrastruktur
BNI mengucurkan kredit bersama bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Penyaluran kredit sindikasi tersebut merupakan bagian dari rencana restrukturisasi utang Krakatau Steel.
Bob Tyasika Ananta, Direktur Manajemen Risiko BNI meyakini, kredit sindikasi itu dapat lunas untuk di tahun ini, apalagi KRAS sudah menyiapkan sejumlah rencana memperbaiki kinerja, termasuk melepas anak usaha.
Bob melanjutkan, KRAS, saat ini juga sedang berupaya merampingkan anak usahanya melalui divestasi. Dengan demikian, penyaluran kredit sindikasi ini diharapkan akan berdampak positif bagi KRAS. "Saat ini sudah ada anak usaha terkait kelistrikan (KRAS), sudah ada yang beli," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel menuturkan sejumlah rencana termasuk menambah modal melalui mekanisme rights issue atau hak memesan efek terlebih dahulu pada kuartal keempat tahun ini. KRAS memang tengah fokus memperbaiki kinerjanya.
"Fokus sekarang melakukan restrukturisasi utang dan bisnis, bagaimana kita mengoptimalisasi anak usaha," kata Silmy di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
KRAS memang tengah menghadapi masalah yang pelik. Perusahaan baja pelat merah ini mencatatkan kerugian selama tujuh tahun berturut-turut dan banyak utang jangka pendek.
Mengacu laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Beban keuangan yang dicatatkan KRAS pada 2018 adalah sebesar US$ 112,33 juta atau setara dengan Rp 1,57 triliun (asumsi kurs Rp 14.000) tumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2011 yang hanya US$ 40,62 juta.
Akibatnya KRAS masih harus menelan kerugian sepanjang tahun lalu, meski pendapatan naik 20% dari 2017 sebesar US$ 1,44 miliar, menjadi US$ 1,73 miliar pada 2018. Rugi bersih perusahaan tercatat US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun meski angka ini turun dibandingkan kerugian 2017 senilai US$ 81,74 juta.
(roy/roy) Next Article Menelaah Semangat BNI Syariah Dukung Pendanaan Infrastruktur
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular