Rupiah Keok 2 Hari Berturut-turut, IHSG Finish di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 July 2019 16:46
Rupiah Melemah Dua Hari Beruntun
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sayang, depresiasi rupiah membuat sentimen positif berupa kemesraan AS-China di bidang perdagangan menjadi tak bisa mengangkat kinerja bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,29% di pasar spot ke level Rp 13.980/dolar AS, menandai koreksi selama dua hari beruntun.

Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini sukses membuat rupiah babak belur.

Sejatinya, sempat membuncah optimisme yang begitu besar bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuannya bulan ini. Optimisme tersebut membuncah seiring dengan komentar yang dilontarkan John Williams selaku New York Federal Reserve President.

Williams mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.

“Lebih baik untuk mengambil langkah pencegahan ketimbang menunggu datangnya bencana,” kata Williams.

Namun, pernyataan tersebut kemudian didinginkan oleh Federal Reserve Bank of New York yang menyebut bahwa pernyataan dari Williams tersebut bersifat akademis dan tidak mencerminkan arah kebijakan moneter dari bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 23 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini hanya tersisa 19,4%. Padahal sebelumnya, merespons pernyataan dari Williams, probabilitasnya sempat melonjak menjadi ke atas 50%.

Kini, pelaku pasar meyakini bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang akan dieksekusi oleh The Fed pada akhir bulan ini hanya sebesar 25 bps, di mana probabilitasnya mencapai 80,6%.

Kala The Fed tak kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan, imbal hasil dari instrumen berpendapatan tetap di AS akan berada di level yang relatif tinggi. Akibatnya, aliran modal asing berlarian meninggalkan rupiah dan menyemut di dolar AS.

Jika The Fed benar-benar tak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini dan juga pertemuannya di bulan-bulan mendatang, rupiah bisa terus dipukul mundur. Pada akhirnya, kinerja dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa terkena dampak negatif. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular