
Ahay! Harga Emas Dunia Ngevoor Rp 642.564/gram
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 July 2019 09:39

Jakarta CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas global variatif dan cenderung terbatas pagi hari ini.
Pada perdagangan hari Senin (22/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah 0,04% ke level US$ 1.426,1/troy ounce (Rp 641.974/gram; asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Adapun harga emas di pasar spot naik 0,14% menjadi US$ 1.427,41/troy ounce (Rp 642.564/gam).
Harga emas hari ini mendapat tekanan dari pudarnya harapan akan penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang agresif.
Pasalnya pada Kamis (18/7/2019) pekan lalu, investor amat yakin pemangkasan suku bunga acuan bisa sangat agresif akibat komentar Bos The Fed cabang New York, John William. William mengatakan bahwa bank sentral (The Fed) perlu 'bergerak cepat' kala ekonomi melambat.
"Lebih baik mengambil tindakan pencegahan daripada menunggu sampai bencana terjadi," ujar Williams, seperti yang dikutip dari CNBC International.
Pasca komentar tersebut, ekspektasi pelaku pasar akan penurunan suku bunga acuan The Fed semakin menjadi-jadi.
Mengutip CME Fedwatch hari Jumat (19/7/2019) pukul 08:30 WIB, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin di rapat bulan Juli sebesar 44,2%, naik dari posisi penutupan hari Rabu (17/7/2019) yang sebesar 34,3%. Sementara probabilitas suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin tinggal 55,9%.
Bila benar The Fed memangkas suku bunga acuan sangat agresif, maka nilai tukar dolar kemungkinan akan melemah akibat kebanjiran likuiditas.
Alhasil pelaku pasar banyak mengalihkan hartanya ke bentuk safe haven, seperti emas, untuk menghindari koreksi nilai aset akibat perbedaan kurs. Emas pun sempat banjir peminat dan membuat harganya melambung tinggi.
Namun belakangan, Wiliams mengoreksi maksud dari penyataannya. Dirinya berkata bahwa konteks komentarnya adalah untuk kepentingan edukasi.
Ibarat terkena harapan palsu, investor pun kecewa. Pelaku pasar mulai berhitung ulang atas ekspektasi pemangkasan suku bunga yang 'biasa saja'.
Kini, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sudah turun menjadi 22,5% saja, mengutip CME Fedwatch. Sementara kemungkinan pemangkasan 25 basis poin mendominasi sebesar 77,5%.
Dengan begitu investor mulai kembali mengoleksi aset berbasis dolar dan sedikit meninggalkan emas.
Namun ketegangan di Timur Tengah yang meningkat dapat memberi fondasi pada harga emas, sehingga tidak terkoreksi terlalu dalam.
Akhir pekan lalu, Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah menangkap kapal tanker milik Inggris di Teluk Persia atas tuduhan pelanggaran batas wilayah.
Kapal tanker kedua, Mesdar, yang juga dioperasikan oleh Inggris terlihat berbelok tajam ke arah pesisir Iran pada Jumat (19/7/2019) siang setelah melewati sisi barat Selat Hormuz, berdasarkan data pemantauan Refinitiv.
Kejadian tersebut terjadi setelah pada bulan lalu Inggris menangkap kapal tanker milik Iran di Selat Gibraltar. Angkatan Laut Inggris berdalih Iran telah melanggar kesepakatan dengan Uni Eropa.
Seorang pejabat senior di pemerintahan AS mengatakan bahwa pihaknya akan menembak jatuh semua drone milik Iran jika berada terlalu dekat dengan kapal AS.
Sebelumnya, Angkatan Laut AS mengklaim telah menembak jatuh drone milik Iran. Meskipun Menteri Luar Negeri Iran membantah telah kehilangan sebuah drone.
Harga Emas Terbang Terus, Seberapa Jauh?
[Gambas:Video CNBC]
Ada pula kekhawatiran konflik berkembang menjadi adu senjata. Beberapa bulan lalu Presiden AS, Donald Trump pernah mengancam akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya di Timur Tengah. Bahkan dengan 'kekuatan penuh'.
Dalam keadaan penuh konflik, ketidakpastian baik politik dan ekonomi kian tinggi. Masih tidak bisa diprediksi seberapa luas konflik akan berkembang.
Ketidakpastian merupakan musuh utama dalam investasi. Salah langkah sedikit, kerugian bisa masif. Karenanya, investor masih ingin wait and see dan menahan emas sebagai instrumen pelindung nilai (hedging).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Pada perdagangan hari Senin (22/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah 0,04% ke level US$ 1.426,1/troy ounce (Rp 641.974/gram; asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Adapun harga emas di pasar spot naik 0,14% menjadi US$ 1.427,41/troy ounce (Rp 642.564/gam).
Harga emas hari ini mendapat tekanan dari pudarnya harapan akan penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang agresif.
Pasalnya pada Kamis (18/7/2019) pekan lalu, investor amat yakin pemangkasan suku bunga acuan bisa sangat agresif akibat komentar Bos The Fed cabang New York, John William. William mengatakan bahwa bank sentral (The Fed) perlu 'bergerak cepat' kala ekonomi melambat.
"Lebih baik mengambil tindakan pencegahan daripada menunggu sampai bencana terjadi," ujar Williams, seperti yang dikutip dari CNBC International.
Pasca komentar tersebut, ekspektasi pelaku pasar akan penurunan suku bunga acuan The Fed semakin menjadi-jadi.
Mengutip CME Fedwatch hari Jumat (19/7/2019) pukul 08:30 WIB, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin di rapat bulan Juli sebesar 44,2%, naik dari posisi penutupan hari Rabu (17/7/2019) yang sebesar 34,3%. Sementara probabilitas suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin tinggal 55,9%.
Bila benar The Fed memangkas suku bunga acuan sangat agresif, maka nilai tukar dolar kemungkinan akan melemah akibat kebanjiran likuiditas.
Alhasil pelaku pasar banyak mengalihkan hartanya ke bentuk safe haven, seperti emas, untuk menghindari koreksi nilai aset akibat perbedaan kurs. Emas pun sempat banjir peminat dan membuat harganya melambung tinggi.
Namun belakangan, Wiliams mengoreksi maksud dari penyataannya. Dirinya berkata bahwa konteks komentarnya adalah untuk kepentingan edukasi.
Ibarat terkena harapan palsu, investor pun kecewa. Pelaku pasar mulai berhitung ulang atas ekspektasi pemangkasan suku bunga yang 'biasa saja'.
Kini, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sudah turun menjadi 22,5% saja, mengutip CME Fedwatch. Sementara kemungkinan pemangkasan 25 basis poin mendominasi sebesar 77,5%.
Dengan begitu investor mulai kembali mengoleksi aset berbasis dolar dan sedikit meninggalkan emas.
Namun ketegangan di Timur Tengah yang meningkat dapat memberi fondasi pada harga emas, sehingga tidak terkoreksi terlalu dalam.
Akhir pekan lalu, Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah menangkap kapal tanker milik Inggris di Teluk Persia atas tuduhan pelanggaran batas wilayah.
Kapal tanker kedua, Mesdar, yang juga dioperasikan oleh Inggris terlihat berbelok tajam ke arah pesisir Iran pada Jumat (19/7/2019) siang setelah melewati sisi barat Selat Hormuz, berdasarkan data pemantauan Refinitiv.
Kejadian tersebut terjadi setelah pada bulan lalu Inggris menangkap kapal tanker milik Iran di Selat Gibraltar. Angkatan Laut Inggris berdalih Iran telah melanggar kesepakatan dengan Uni Eropa.
Seorang pejabat senior di pemerintahan AS mengatakan bahwa pihaknya akan menembak jatuh semua drone milik Iran jika berada terlalu dekat dengan kapal AS.
Sebelumnya, Angkatan Laut AS mengklaim telah menembak jatuh drone milik Iran. Meskipun Menteri Luar Negeri Iran membantah telah kehilangan sebuah drone.
Harga Emas Terbang Terus, Seberapa Jauh?
[Gambas:Video CNBC]
Ada pula kekhawatiran konflik berkembang menjadi adu senjata. Beberapa bulan lalu Presiden AS, Donald Trump pernah mengancam akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya di Timur Tengah. Bahkan dengan 'kekuatan penuh'.
Dalam keadaan penuh konflik, ketidakpastian baik politik dan ekonomi kian tinggi. Masih tidak bisa diprediksi seberapa luas konflik akan berkembang.
Ketidakpastian merupakan musuh utama dalam investasi. Salah langkah sedikit, kerugian bisa masif. Karenanya, investor masih ingin wait and see dan menahan emas sebagai instrumen pelindung nilai (hedging).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular