Berkat 'Tuntunan' BI dan The Fed, Rupiah No 1 di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 July 2019 16:25
Berkat 'Tuntunan' BI dan The Fed, Rupiah No 1 di Asia
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak cuma menguat, rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia. 

Pada Jumat (19/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 13.930 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. 

Rupiah sempat menguat lumayan tajam, mendekati 0,5%. Dolar AS pun berhasil didorong ke bawah Rp 13.900. 


Namun itu tidak berlangsung lama. Perlahan apresiasi rupiah menipis meski tidak sampai melemah. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Walau penguatannya menipis, setidaknya rupiah masih mampu mempertahankan posisi sebagai pemuncak klasemen mata uang Asia. Ya, hari ini rupiah menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:18 WIB: 





(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor eksternal dan dalam negeri memang kondusif buat rupiah. Dari sisi eksternal, rupiah (dan mata uang utama Asia lainnya) mendapat durian runtuh dari pernyataan pejabat Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. 

John Williams, Presiden The Fed New York, menegaskan bahwa perekonomian AS butuh stimulus baru. Dia menegaskan bank sentral tidak bisa diam sambil menunggu ekonomi memburuk baru mengambil kebijakan. 

"Lebih baik mengambil langkah preventif daripada menunggu bencana terjadi. Saat Anda sudah menghabiskan begitu banyak stimulus, yang harus dilakukan selanjutnya adalah menurunkan suku bunga dengan segera saat tanda-tanda perlambatan ekonomi sudah terlihat," jelas Williams, seperti dikutip dari Reuters. 

Pernyataan Williams membuat pelaku pasar semakin yakin The Fed bakal menurunkan suku bunga acuan bulan ini. Bahkan penurunan 50 basis poin (bps) bisa saja terjadi. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Fed Funds Rate sebesar 25 bps pada 31 Juli adalah 49,6%. Sementara peluang pemangkasan 50 bps sedikit lebih besar yaitu 50,4%.  

Situasi seperti ini sangat tidak menguntungkan dolar AS, sebab penurunan suku bunga membuat investasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi tidak menarik. Pada pukul 16:07 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 2,043%. Terendah sejak 8 Juli dan mungkin akan lebih rendah lagi kalau The Fed jadi menurunkan suku bunga acuan. 

Arus modal berhamburan keluar dari Negeri Paman Sam, hinggap ke berbagai penjuru termasuk Asia. Ini yang membuat rupiah dkk mampu digdaya. 


Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pun memberi dorongan terhadap rupiah. Kemarin, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menilai sudah saatnya bank sentral berperan dalam mempercepat momentum pertumbuhan ekonomi. Tanpa penurunan suku bunga acuan, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bakal berada di bawah 5,2%. 

Bahkan Perry memberi pesan bahwa penurunan kemarin bukan yang terakhir. Saat ini, kebijakan moneter BI sudah bias longgar dan ke depan pun masih akan begitu. Jadi, ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka,  salah satunya dengan penurunan suku bunga acuan lebih lanjut.


Penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate diharapkan mampu menular ke suku bunga kredit perbankan. Ketika suku bunga kredit sudah turun, maka rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.  

Didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik. Investor kemudian memberi apresiasi terhadap rupiah. Sepertinya apresiasi itu berlanjut hari ini. 


Meski suku bunga acuan turun, bukan berarti berinvestasi di Indonesia menjadi kurang menarik. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia masih memberikan cuan yang lebih tinggi. 

Misalnya, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun saat ini berada di 7,135%. Lebih tinggi dari instrumen serupa di negara-negara berkembang lainnya seperti India (6,38%), Thailand (1,94%), Malaysia (3,619%), sampai Filipina (4,933%). Apalagi kalau dibandingkan US Treasury Note, bagai bumi dan langit. 

Oleh karena itu, arus modal masih masuk ke Indonesia meski BI menurunkan suku bunga acuan. Rupiah pun terus menguat dan menjadi yang terbaik di Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular