Setelah BI Turunkan Suku Bunga Acuan, What's Next?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
19 July 2019 06:45
Hasil dari rapat ini, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menggelar konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Juli 2019. Hasil dari rapat ini, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps).

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, kemarin.

BI melihat kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.

Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif. Bahkan, Perry mengungkapkan masih ada ruang untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

"Masih terbuka ruang kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi ke depan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," papar Perry.

Penurunan suku bunga BI ini akhirnya terjadi setelah 23 bulan atau pada 22 September 2017 lalu ke level 4,25%. Suku bunga acuan BI terus naik setelah itu hingga 20 Juni 2019. Akhirnya BI menurunkannya kembali pada 18 Juli 2019 ke 5,75%.

Perry mengangkat tema dalam siaran pers RDG kali ini yakni 'Terjaganya Stabilitas, Mendorong Momentum Pertumbuhan'. Dari hal tersebut bisa dilihat saat ini BI mulai kembali untuk pro growth untuk dukung pertumbuhan ekonomi namun tidak melupakan stabilitas.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut," ujar Perry.



Kebijakan moneter longgar itu seperti apa, Pak Gubernur? Apakah menurunkan lagi BI 7-Day Reverse Repo Rate lagi atau ada instrumen lainnya?

"Bisa penurunan suku bunga. Kita akan tetap pastikan inflasi terjaga dan stabilitas eksternal terjaga," kata Perry.

Selain itu, Perry menyebutkan dengan penurunan suku bunga ini maka secara langsung akan berdampak pula pada penurunan suku bunga kredit dan deposito perbankan.

"Ya jelaslah-lah (turun), kan suku bunga kita turun, likuiditas juga terus kami tambah dan kami berkeyakinan suku bunga kredit akan turun sehingga ini otomatis akan dorong kredit," ujar dia.

Dengan demikian, BI tetap yakin pertumbuhan kredit di tahun ini tetap di kisaran 10%-12%. Bahkan dengan penurunan suku bunga ini, kredit perbankan bisa tercapai di atas batas tengah 10%-12% atau di atas 11%.

"Kami yakin dengan upaya, kami perkirakan akhir tahun ini akan di atas titik tengah sekitar 11%, Insya Allah lebih tinggi dari 11%," jelasnya.

Perry menjelaskan, penurunan suku bunga kredit oleh perbankan harusnya dilakukan dalam waktu cepat sehingga proyeksi pertumbuhan kredit bisa tercapai. Apalagi bulan lalu telah dilakukan pelonggaran moneter lainnya seperti penurunan giro wajib minimum (GWM).

"Biasanya kalau suku bunga BI turun, memang transmisi bunga deposito turun dan kredit turun, apalagi sekarang tambah likuiditas, bulan lalu turunkan GWM jadi tambah likuiditas sekitar Rp 26,5 triliun, harusnya lebih cepat penurunan deposito maupun kredit," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kisi-kisi Bos BI Soal Kebijakan Bank Sentral RI di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular