
Setop Jadi AB di BEI, Seperti Apa Kinerja Merrill Lynch?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
18 July 2019 15:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan broker asing yang terdaftar di Indonesia, PT Merril Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI) sudah menunjukkan indikasi hengkang dari pasar keuangan Tanah Air.
Berdasarkan keterangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan sudah memulai proses exit audit untuk memastikan tidak ada lagi kewajiban sebagai anggota bursa yang tersisa. Perlu dicatat exit audit ini untuk lini usaha perantara perdagangan efek (brokerage).
Hal ini sungguh disayangkan, karena berdasarkan laporan statistik BEI edisi Juni, MLSI masuk dalam daftar 20 broker dengan nilai transaksi tertinggi sepanjang paruh pertama 2019.
Pelaku pasar pun mempertanyakan aksi perusahaan broker tersebut, pasalnya tidak ada sinyal-sinyal bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
Sebenarnya, meski sudah mencabut status anggota bursa, MLSI tetap menjalankan bisnis perdagangan saham (brokerage). Namun broker asal negeri Paman Sam ini akan menggunakan jasa pihak ketiga untuk ikut bertransaksi jual-beli saham.
Ini berbeda dengan derita yang menerpa PT Deutsche Sekuritas Indonesia, di mana broker satu ini juga harus hengkang karena induk usaha melakukan restrukturisasi besar-besaran dengan memangkas total 18.000 karyawan hingga 2022.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan keuangan induk usaha MLSI, yaitu Bank of America Merrill Lynch (BAML), pada kuartal kedua tahun ini grup perusahaan sejatinya menorehkan kinerja yang cukup baik.
Laba per saham perusahaan tercatat sebesar US$ 0,74, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang ada di US$ 0,71, dilansir Business Insider. Alhasil pada perdagangan kemarin, harga saham BAML ditutup naik 0,7%.
"Komitmen kami untuk pertumbuhan yang berkesinambungan menghasilkan pendapatan kuartal semester pertama terbaik dalam sejarah perusahaan kami," kata CEO BAML Brian Moynihan dalam rilis laporan keuangan QII-2019.
"Pada kuartal kedua, kami menghasilkan pendapatan sebesar US$ 7,3 miliar (setara Rp 102,2 triliun asumsi Rp 14.000/US$) dan mendistribusikan US$ 7,9 miliar (setara Rp 110,6 triliun) kepada para pemegang saham. Imbal hasil atas aset (Return on Asset) kami sebesar 120 basis poin dan imbal hasil atas ekuitas (Return on equity) di atas biaya modal perusahaan," tambahnya.
Tumbangnya Broker Asing di RI
[Gambas:Video CNBC]
Penjualan dan keuntungan BAML meningkat di lini usaha konsumen perbankan, global wealth, dan manajemen investasi. Akan tetapi segmen usaha perbankan dan pasar global (global banking & global markets) membukukan rapor merah dengan menorehkan pertumbuhan negatif.
Tampaknya inilah salah satu alasan mengapa cabang usaha broker di Indonesia ditutup.
Jika ditilik dari laporan keuangan BAML, kinerja keuangan divisi global market anjlok seiring dengan penurunan pada penjualan, keuntungan aktifitas transaksi, dan biaya (komisi) investasi perbankan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Terkuak! Ada Hashim Djojohadikusumo di Balik Merrill Lynch
Berdasarkan keterangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan sudah memulai proses exit audit untuk memastikan tidak ada lagi kewajiban sebagai anggota bursa yang tersisa. Perlu dicatat exit audit ini untuk lini usaha perantara perdagangan efek (brokerage).
Hal ini sungguh disayangkan, karena berdasarkan laporan statistik BEI edisi Juni, MLSI masuk dalam daftar 20 broker dengan nilai transaksi tertinggi sepanjang paruh pertama 2019.
Pelaku pasar pun mempertanyakan aksi perusahaan broker tersebut, pasalnya tidak ada sinyal-sinyal bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
Ini berbeda dengan derita yang menerpa PT Deutsche Sekuritas Indonesia, di mana broker satu ini juga harus hengkang karena induk usaha melakukan restrukturisasi besar-besaran dengan memangkas total 18.000 karyawan hingga 2022.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan keuangan induk usaha MLSI, yaitu Bank of America Merrill Lynch (BAML), pada kuartal kedua tahun ini grup perusahaan sejatinya menorehkan kinerja yang cukup baik.
Laba per saham perusahaan tercatat sebesar US$ 0,74, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang ada di US$ 0,71, dilansir Business Insider. Alhasil pada perdagangan kemarin, harga saham BAML ditutup naik 0,7%.
"Komitmen kami untuk pertumbuhan yang berkesinambungan menghasilkan pendapatan kuartal semester pertama terbaik dalam sejarah perusahaan kami," kata CEO BAML Brian Moynihan dalam rilis laporan keuangan QII-2019.
"Pada kuartal kedua, kami menghasilkan pendapatan sebesar US$ 7,3 miliar (setara Rp 102,2 triliun asumsi Rp 14.000/US$) dan mendistribusikan US$ 7,9 miliar (setara Rp 110,6 triliun) kepada para pemegang saham. Imbal hasil atas aset (Return on Asset) kami sebesar 120 basis poin dan imbal hasil atas ekuitas (Return on equity) di atas biaya modal perusahaan," tambahnya.
Tumbangnya Broker Asing di RI
[Gambas:Video CNBC]
Penjualan dan keuntungan BAML meningkat di lini usaha konsumen perbankan, global wealth, dan manajemen investasi. Akan tetapi segmen usaha perbankan dan pasar global (global banking & global markets) membukukan rapor merah dengan menorehkan pertumbuhan negatif.
Tampaknya inilah salah satu alasan mengapa cabang usaha broker di Indonesia ditutup.
Jika ditilik dari laporan keuangan BAML, kinerja keuangan divisi global market anjlok seiring dengan penurunan pada penjualan, keuntungan aktifitas transaksi, dan biaya (komisi) investasi perbankan
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Terkuak! Ada Hashim Djojohadikusumo di Balik Merrill Lynch
Most Popular