Kurang Gizi, IHSG Lemas & Ditutup di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 July 2019 16:33
Kurang Gizi, IHSG Lemas & Ditutup di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan koreksi tipis sebesar 0,01% ke level 6.395,46, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tak pernah merasakan manisnya zona hijau pada hari ini. Per akhir sesi dua, IHSG melemah 0,11% ke level 6.394,61.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-4,7%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-3,26%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,24%), PT Indonesian Paradise Property Tbk/INPP (-12,2%), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,24%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei jatuh 0,31%, indeks Shanghai melemah 0,2%, indeks Hang Seng turun 0,09%, dan indeks Kospi terpangkas 0,91%.

IHSG sedang kurang gizi pada hari ini, minim asupan sentimen positif. Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari potensi memanasnya hubungan AS-China di bidang perdagangan.

Dalam rapat kabinet di Gedung Putih yang digelar kemarin (16/7/2019), Presiden AS Donald Trump menekankan bahwa AS dapat mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar jika diperlukan.

"Ada produk impor senilai US$ 325 miliar yang bisa kita kenakan bea masuk baru jika kita mau," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.

Komentar pedas dari Trump tersebut datang sehari pasca Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menebar optimisme bahwa delegasi AS bisa menyambangi Beijing dalam waktu dekat guna menggelar negosiasi dagang.

Berbicara di Gedung Putih dalam sesi briefing dengan reporter pada hari Senin (15/7/2019), Mnuchin mengatakan bahwa negosiasi tatap muka di Beijing mungkin terjadi jika perbincangan melalui sambungan telepon yang akan digelar pada minggu ini berlangsung produktif.

"Kami berencana menggelar perbincangan tingkat tinggi melalui sambungan telepon pada pekan ini dan jika kami membuat kemajuan yang signifikan, saya rasa ada peluang yang besar bahwa nantinya kami (Mnuchin & Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer) akan bertandang ke sana," kata Mnuchin seperti dikutip dari Bloomberg.

Dengan komentar pedas dari Trump tersebut, dikhawatirkan pihak China bisa tersulut dan menyebabkan perang dagang justru tereskalasi. Jika ini yang terjadi, dampaknya terhadap laju perekonomian dunia dipastikan akan signifikan, mengingat AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Sebagai informasi, pada awal pekan ini biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Dari dalam negeri, cuacanya juga mendung, tak mendukung bagi pelaku pasar saham tanah air untuk melakukan aksi beli.

Saat ini, ada kekhawatiran yang menyelimuti terkait dengan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dimulai pada hari ini dan akan berakhir besok (18/7/2019).

Sejatinya, konsensus yang dihimpunolehCNBC Indonesia memproyeksikan bahwa 7-DayReverseRepo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5,75% dalam pertemuan kali ini. Dari 14 institusiyangberparitisipasi dalam pembentukan konsensus kami, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih akan dipertahankan di level 6%.

Tim Riset CNBC Indonesia juga memperkirakan bahwa 7-Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps esok hari. Pasalnya, BI sejatinya sudah ‘cek ombak’ sedari bulan lalu.

Walau kembali mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 6%, BI memutuskan untuk menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) untuk bank umum menjadi 6%, dari yang sebelumnya 6,5%. Sementara itu, GWM untuk bank syariah juga dipangkas sebesar 50 bps menjadi 4,5%, dari yang sebelumnya 5%. Penurunan ini berlaku efektif pada 1 Juli 2019 dan disebut oleh BI akan menambah likuiditas perbankan senilai Rp 25 triliun. Melalui kebijakan ini, BI terlihat ingin melihat respons pelaku pasar keuangan kala tingkat suku bunga acuan dipangkas nantinya.

Hasilnya, ternyata dana investor asing mengalir deras ke pasar saham dan obligasi.

Di pasar saham (pasar reguler), dalam periode 20 Juni hingga kemarin (16/7/2019) investor asing tercatat membukukan beli bersih senilai Rp 4,6 triliun. Di seluruh pasar, beli bersih investor asing bahkan mencapai Rp 14,5 triliun.

Sementara itu, di pasar obligasi, dalam periode 20 Juni hingga 15 Juli (data terakhir yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko/DJPPR) terdapat beli bersih senilai Rp 43 triliun oleh investor asing.

Seiring dengan derasnya aliran modal investor asing yang masuk, dalam periode 20 Juni hingga 16 Juli rupiah menguat sebesar 2,35% di pasar spot, dari level Rp 14.265/dolar AS ke level Rp 13.930/dolar AS.

Dengan mengamati perkembangan tersebut, bisa dikatakan bahwa investor asing menyambut dengan sangat-sangat positif pelonggaran kebijakan moneter (berupa penurunan rasio GWM) yang dieksekusi BI pada bulan lalu.

Jika BI kembali melonggarkan kebijakan moneter dengan memangkas tingkat suku bunga acuan pada pertemuan bulan ini, ada peluang yang besar bahwa kestabilan nilai tukar rupiah akan tetap bisa dijaga.

Namun, pelaku pasar tampak memilih bermain aman mengingat kebijakan BI di era Perry Warjiyo selaku Gubernur seringkali sulit ditebak.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular