Buang Barang Demi Cuan, IHSG Merah Tunggu Pengumuman BI

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 July 2019 12:49
Buang Barang Demi Cuan, IHSG Merah Tunggu Pengumuman BI
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan koreksi tipis sebesar 0,01% ke level 6.395,46, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperlebar koreksi seiring dengan berjalannya waktu. Per akhir sesi satu, IHSG melemah 0,31% ke level 6.382,2.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-3,69%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,49%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,24%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-1,74%), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-1,4%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 0,29%, indeks Shanghai melemah 0,07%, indeks Hang Seng turun 0,34%, indeks Straits Times terkoreksi 0,03%, dan indeks Kospi terpangkas 1,02%.

Cuaca yang sedang tak mendukung membuat bursa saham tanah air sangat nyaman berada di zona merah pada hari ini. Dari sisi eksternal, sentimen negatif datang dari potensi memanasnya hubungan AS-China di bidang perdagangan.

Dalam rapat kabinet di Gedung Putih yang digelar kemarin (16/7/2019), Presiden AS Donald Trump menekankan bahwa AS dapat mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar jika diperlukan.

"Ada produk impor senilai US$ 325 miliar yang bisa kita kenakan bea masuk baru jika kita mau," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.

Komentar pedas dari Trump tersebut datang sehari pasca Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menebar optimisme bahwa delegasi AS bisa menyambangi Beijing dalam waktu dekat guna menggelar negosiasi dagang.

Berbicara di Gedung Putih dalam sesi briefing dengan reporter pada hari Senin (15/7/2019), Mnuchin mengatakan bahwa negosiasi tatap muka di Beijing mungkin terjadi jika perbincangan melalui sambungan telepon yang akan digelar pada minggu ini berlangsung produktif.

"Kami berencana menggelar perbincangan tingkat tinggi melalui sambungan telepon pada pekan ini dan jika kami membuat kemajuan yang signifikan, saya rasa ada peluang yang besar bahwa nantinya kami (Mnuchin & Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer) akan bertandang ke sana," kata Mnuchin seperti dikutip dari Bloomberg.

Dengan komentar pedas dari Trump tersebut, dikhawatirkan pihak China bisa tersulut dan menyebabkan perang dagang justru tereskalasi. Jika ini yang terjadi, dampaknya terhadap laju perekonomian dunia dipastikan akan signifikan, mengingat AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Sebagai informasi, pada awal pekan ini biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Dari dalam negeri, cuacanya juga mendung, tak mendukung bagi pelaku pasar saham tanah air untuk melakukan aksi beli.

Saat ini, ada kekhawatiran yang menyelimuti terkait dengan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dimulai pada hari ini dan akan berakhir besok (18/7/2019).

Sejatinya, konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa 7-Day Reverse Repo Rate akan dipangkas sebesar 25 bps menjadi 5,75% dalam pertemuan kali ini. Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus kami, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih akan dipertahankan di level 6%.

Namun, ada kekhawatiran bahwa proyeksi tersebut akan salah. Pasalnya, selepas mengumumkan bahwa BI 7-day Reverse Repo Rate ditahan di level 6% pada pertemuan bulan Juni, Gubernur BI Perry Warjiyo jelas terlihat masih galau untuk mengeksekusi normalisasi yang sudah disuarakan oleh berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha, ekonom, hingga pejabat pemerintah seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

“…sementara kebijakan suku bunga kami sampaikan kami cermati kondisi pasar global dan NPI dalam pertimbangkan (pemangkasan) suku bunga,” kata Perry di Gedung BI, Kamis (20/6/2019).

Saat ini, perekonomian Indonesia jelas membutuhkan stimulus moneter. Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi periode kuartal I-2019 diumumkan di level 5,07% secara tahunan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.

Jika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit diharapkan bisa diturunkan sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Namun, sembari menentukan keputusan BI, pelaku pasar saham tanah air memilih untuk bermain aman dengan melepas dulu kepemilikannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular