
Pefindo Siap Rights Issue 15%, Asing Jadi Pemegang Saham
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 July 2019 10:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) akan melakukan penerbitan saham baru (rights issue) sebanyak 15% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan guna memfasilitasi pemegang saham baru perusahaan yang akan menyerap saham tersebut.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan negosiasi dengan pemegang saham baru masih dilakukan. Hanya saja perseroan berharap prosesnya bisa selesai maksimal di tahun depan.
"Calon investornya itu the largest credit ratings-lah. Nanti masuknya rights issue 15%, kami rights issue khusus untuk mereka," kata Salyadi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Dia menyebutkan, masuknya pemegang saham asing ini dengan tujuan untuk memperkuat bisnis perusahaan. Dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini juga ditujukan untuk pengembangan bisnis Pefindo.
Berapa waktu lalu, BEI sebagai pemegang saham mayoritas Pefindo mengakui bahwa memang ada lembaga rating internasional yang tengah mendekati Pefindo untuk masuk sebagai pemegang saham. Bahkan lembaga ini sudah menyampaikan Letter of Intent (LoI) yang menunjukkan keseriusannya tersebut.
"Iya memang ada yang sedang pendekatan, bahkan sudah menyampaikan LoI. Iya betul (S&P)," kata Inarno Djajadi, Direktur Utama BEI, kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/3/2019).
Saat ini pemegang saham terbesar Pefindo adalah BEI dengan kepemilikan sebesar 32,37%. Investor lain yakni perusahaan efek, dana pensiun (dapen), asuransi yang semuanya masih berbendera Indonesia.
Secara rinci, per Juni 2018, Pefindo dimiliki oleh 86 entitas yakni 54 perusahaan sekuritas, BEI, 22 dapen, 7 perusahaan asuransi, dan 2 bank komersial. Tidak ada kepemilikan mayoritas di atas 50%.
Sebelumnya Salyadi mengatakan memang ada sekitar 3-4 calon investor asing yang berusaha masuk ke Pefindo, namun dia enggan memberikan nama institusi yang bersangkutan.
"Artinya, ini bukan hanya untuk Pefindo [asing masuk] tapi untuk Indonesia, sinyal bahwa investor luar melihat Indonesia ini punya prospek luar biasa. Bila investor asing masuk yang hanya lihat profit atau keuntungan, ya itu kan sudah biasa. Tapi ini kan yang mau masuk ini lembaga pemeringkat yang di sana, yang mereka selalu melihatnya risiko-risiko," tegas Salyadi.
Simak obligasi tenor panjang jadi incaran.
[Gambas:Video CNBC]
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan negosiasi dengan pemegang saham baru masih dilakukan. Hanya saja perseroan berharap prosesnya bisa selesai maksimal di tahun depan.
"Calon investornya itu the largest credit ratings-lah. Nanti masuknya rights issue 15%, kami rights issue khusus untuk mereka," kata Salyadi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Dia menyebutkan, masuknya pemegang saham asing ini dengan tujuan untuk memperkuat bisnis perusahaan. Dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini juga ditujukan untuk pengembangan bisnis Pefindo.
Berapa waktu lalu, BEI sebagai pemegang saham mayoritas Pefindo mengakui bahwa memang ada lembaga rating internasional yang tengah mendekati Pefindo untuk masuk sebagai pemegang saham. Bahkan lembaga ini sudah menyampaikan Letter of Intent (LoI) yang menunjukkan keseriusannya tersebut.
"Iya memang ada yang sedang pendekatan, bahkan sudah menyampaikan LoI. Iya betul (S&P)," kata Inarno Djajadi, Direktur Utama BEI, kepada CNBC Indonesia, Rabu (20/3/2019).
Saat ini pemegang saham terbesar Pefindo adalah BEI dengan kepemilikan sebesar 32,37%. Investor lain yakni perusahaan efek, dana pensiun (dapen), asuransi yang semuanya masih berbendera Indonesia.
Secara rinci, per Juni 2018, Pefindo dimiliki oleh 86 entitas yakni 54 perusahaan sekuritas, BEI, 22 dapen, 7 perusahaan asuransi, dan 2 bank komersial. Tidak ada kepemilikan mayoritas di atas 50%.
Sebelumnya Salyadi mengatakan memang ada sekitar 3-4 calon investor asing yang berusaha masuk ke Pefindo, namun dia enggan memberikan nama institusi yang bersangkutan.
"Artinya, ini bukan hanya untuk Pefindo [asing masuk] tapi untuk Indonesia, sinyal bahwa investor luar melihat Indonesia ini punya prospek luar biasa. Bila investor asing masuk yang hanya lihat profit atau keuntungan, ya itu kan sudah biasa. Tapi ini kan yang mau masuk ini lembaga pemeringkat yang di sana, yang mereka selalu melihatnya risiko-risiko," tegas Salyadi.
Simak obligasi tenor panjang jadi incaran.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Bikin Skor Kredit, Pefindo Biro Kredit Sasar 70 Klien Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular