
Bursa Asia Jatuh, Asing Malah Borong Saham di RI
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 July 2019 11:10

Optimisme yang membuncah jelang rilis data perdagangan internasional Indonesia sukses memantik aksi beli oleh investor asing di bursa saham tanah air. Pada pukul 11:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juni 2019.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi sebesar 8,3% YoY, sementara impor diperkirakan jatuh 5,26% YoY. Alhasil, neraca dagang diramal membukukan surplus senilai US$ 516 juta.
Jika benar terealisasi, tentu surplus neraca dagang akan menjadi kabar positif bagi rupiah, lantaran ada optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.
Jika berbicara mengenai rupiah, pos transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (yang merupakan koponen pembentuk NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa CAD periode kuartal I-2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal I-2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Mengantisipasi neraca dagang yang diperkirakan akan membukukan surplus, rupiah pun diburu hingga mampu mencetak apresiasi sebesar 0,64% di pasar spot ke level Rp 13.910/dolar AS.
Apresiasi rupiah pada akhirnya mendorong investor asing untuk menebar dananya di pasar saham tanah air. Ketika rupiah menguat, investor asing akan terhindar dari yang namanya kerugian kurs sehingga aksi beli menjadi opsi yang sangat mungkin diambil oleh mereka.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi sebesar 8,3% YoY, sementara impor diperkirakan jatuh 5,26% YoY. Alhasil, neraca dagang diramal membukukan surplus senilai US$ 516 juta.
Jika benar terealisasi, tentu surplus neraca dagang akan menjadi kabar positif bagi rupiah, lantaran ada optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa CAD periode kuartal I-2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal I-2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Mengantisipasi neraca dagang yang diperkirakan akan membukukan surplus, rupiah pun diburu hingga mampu mencetak apresiasi sebesar 0,64% di pasar spot ke level Rp 13.910/dolar AS.
Apresiasi rupiah pada akhirnya mendorong investor asing untuk menebar dananya di pasar saham tanah air. Ketika rupiah menguat, investor asing akan terhindar dari yang namanya kerugian kurs sehingga aksi beli menjadi opsi yang sangat mungkin diambil oleh mereka.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular