Ada Badai, Minyak Mentah Naik Hampir 5% di Pekan Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 July 2019 18:59
Sudah sejak awal pekan, perusahaan minyak di Teluk Meksiko melakukan evakuasi personel, menyusul ramalan badai yang akan datang.
Foto: Infografis/10 Kkks Utama Produksi Minyak/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Minyak mentah menguat tajam di pekan ini, jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat hampir 5% ke level US$ 60,21 per barel, sementara jenis Brent naik hampir 4% ke level US$ 66,72 per barel. Badai yang terjadi di Teluk Meksiko menyebabkan beberapa produsen mengurangi tingkat produksinya.

Sudah sejak awal pekan, perusahaan minyak di kawasan tersebut melakukan evakuasi personel, menyusul ramalan badai yang akan datang. Akibatnya, aktivitas produksi di beberapa fasilitas pengeboran terpaksa dihentikan.

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, badai tropis diramal akan menerpa kawasan Teluk Meksiko pada akhir pekan ini. Badai yang diberi nama Barry tersebut masuk dalam kategori 1, dengan kecepatan setidaknya 119 km/jam.



Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Teluk Meksiko telah memangkas produksi hingga 1 juta barel/hari. Jumlah tersebut setara dengan 53% dari total produksi minyak di kawasan Teluk Meksiko. Pengurangan produksi yang cukup signifikan tersebut membuat harga minyak mentah menguat.

Minyak mentah juga mendapat sentimen positif dari eskalasi tensi politik antara Iran dengan Barat. Sebelumnya tiga kapal Iran yang mencoba memblokade tanker milik Inggris Raya di Selat Hormuz pada hari Kamis (11/7/2019). Namun aksi tersebut gagal setelah kapal perang Angkatan Laut Inggris memberi peringatan.

Kejadian tersebut terjadi satu minggu setelah Inggris menangkap tanker miliki Iran atas tuduhan pelanggaran saksi Uni Eropa terhadap Suriah. Sejumlah dokumen dan perangkat elektronik dari kapal tersebut disita kepolisian Inggris wilayah Gibraltar.

Pemerintah Tehran pada Jumat kemarin mengatakan Inggris sedang memainkan "permainan yang berbahaya" akibat penangkapan tersebut.

Kejadian itu membuat pelaku pasar khawatir akan keamanan pengiriman minyak melalui Selat Hormuz, yang mana merupakan jalur distribusi dari seperlima konsumsi minyak global.

Meski demikian, outlook harga minyak mentah ke depannya belum cukup bagus. International Energy Agency (IEA) memprediksi produksi minyak di AS akan melonjak dan akan memicu peningkatan persediaan dalam jumlah besar di seluruh dunia dalam sembilan bulan ke depan.

Hal senada juga diungkapkan kartel minyak OPEC yang memprediksi kelebihan suplai akan terjadi di tahun depan meski mereka telah membatasi tingkat produksinya, mengutip CNBC International

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Dalam 2 Hari, Harga Minyak Naik Ke Level Tertinggi 2 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular