
IHSG Melempem Tapi Terbaik di Asia, Kok Bisa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 July 2019 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,68% ke level 6.373,35 pada perdagangan Jumat (12/7/19) kemarin. Akibatnya bursa saham Indonesia ini gagal mencatat kinerja positif di pekan ini alias nyaris stagnan (-0,002%). Pergerakan IHSG di pekan ini sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal, yakni spekulasi pemangkasan suku bunga di Amerika Serikat (AS).
Namun jika dilihat pergerakan bursa utama Asia di pekan ini, melempemnya performa ISHG malah menjadi yang terbaik di Asia. Indeks Nikkei Jepang dan Strait Times Singapura sepanjang pekan ini sama-sama melemah 0,28%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,6%, sementara Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China masing-masing merosot 2,67% dan 1,05%.
Performa bursa saham di Benua Kuning ini kontras dengan bursa saham AS yang mencetak rekor tertinggi di pekan ini.
Bursa saham global sebenarnya sudah mengalami tekanan kuat sejak awal pekan. Rilis data tenaga kerja AS yang lebih bagus dari perkiraan membuat pelaku pasar membuat pelaku pasar memprediksi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan agresif atau maksimal memangkas suku bunga dua kali saja.
Namun, bedanya bursa saham AS berhasil rebound hingga mencetak rekor tertinggi setelah Ketua The Fed bersikap dovish saat memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Jasa Finansial Kongres AS Rabu (10/7/19). Sementara bursa saham Asia rebound tipis-tipis sehingga gagal mencetak penguatan mingguan.
Ketua The Fed, Jerome Powell justru bersikap dovish saat memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Jasa Finansial Kongres AS pada Rabu (10/7/19) lalu.
Dalam paparan tersebut Powell mengatakan investasi sektor swasta di seluruh penjuru AS melemah, dan menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS. Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat "bertindak sesuai kebutuhan" sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Pelaku pasar menginterpretasikan pernyataan tersebut sebagai sikap dovish dan The Fed kembali diprediksi akan agresif memangkas suku bunga, yakni sebanyak tiga kali di tahun ini.
Sikap dovish Powell tersebut juga terkonfirmasi oleh rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung 20 Juni lalu. Notula yang dirilis dini hari tadi pukul 1:00 WIB menunjukkan para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Semakin terbukanya peluang pemangkasan suku bunga di AS sebenarnya membuat IHSG menguat tiga hari beruntun hingga Kamis (11/7/19). Tetapi pelemahan pada hari Jumat membuat IHSG gagal mencetak penguatan tujuh pekan beruntun.
Ya, hingga pekan lalu IHSG sudah membukukan penguatan enam pekan berturut-turut, sehingga pelemahan pada Jumat kemarin bisa jadi akibat aksi ambil untung.
Halaman Selanjutnya >>>
Namun jika dilihat pergerakan bursa utama Asia di pekan ini, melempemnya performa ISHG malah menjadi yang terbaik di Asia. Indeks Nikkei Jepang dan Strait Times Singapura sepanjang pekan ini sama-sama melemah 0,28%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,6%, sementara Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China masing-masing merosot 2,67% dan 1,05%.
Bursa saham global sebenarnya sudah mengalami tekanan kuat sejak awal pekan. Rilis data tenaga kerja AS yang lebih bagus dari perkiraan membuat pelaku pasar membuat pelaku pasar memprediksi Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan agresif atau maksimal memangkas suku bunga dua kali saja.
Namun, bedanya bursa saham AS berhasil rebound hingga mencetak rekor tertinggi setelah Ketua The Fed bersikap dovish saat memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Jasa Finansial Kongres AS Rabu (10/7/19). Sementara bursa saham Asia rebound tipis-tipis sehingga gagal mencetak penguatan mingguan.
Ketua The Fed, Jerome Powell justru bersikap dovish saat memberikan paparan kebijakan moneter di hadapan Komite Jasa Finansial Kongres AS pada Rabu (10/7/19) lalu.
Dalam paparan tersebut Powell mengatakan investasi sektor swasta di seluruh penjuru AS melemah, dan menegaskan The Fed siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mempertahankan ekspansi ekonomi AS. Pelaku pasar menginterpretasikan kalimat "bertindak sesuai kebutuhan" sebagai pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.
Pelaku pasar menginterpretasikan pernyataan tersebut sebagai sikap dovish dan The Fed kembali diprediksi akan agresif memangkas suku bunga, yakni sebanyak tiga kali di tahun ini.
Sikap dovish Powell tersebut juga terkonfirmasi oleh rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed yang berlangsung 20 Juni lalu. Notula yang dirilis dini hari tadi pukul 1:00 WIB menunjukkan para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.
"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.
Semakin terbukanya peluang pemangkasan suku bunga di AS sebenarnya membuat IHSG menguat tiga hari beruntun hingga Kamis (11/7/19). Tetapi pelemahan pada hari Jumat membuat IHSG gagal mencetak penguatan tujuh pekan beruntun.
Ya, hingga pekan lalu IHSG sudah membukukan penguatan enam pekan berturut-turut, sehingga pelemahan pada Jumat kemarin bisa jadi akibat aksi ambil untung.
Halaman Selanjutnya >>>
Pages
Most Popular