BI Berjuang Keras Hingga Garis Finis, Rupiah Juara Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 July 2019 16:24
BI Berjuang Keras Hingga Garis Finis, Rupiah Juara Asia!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Padahal rupiah hampir seharian terjebak di zona merah. 

Pada Jumat (12/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.999 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,43% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terkuat sejak 8 Februari. 


Kala pembukaan pasar, rupiah melemah tipis 0,04%. Kemudian depresiasi rupiah semakin dalam, dan rupiah bertahan di zona merah nyaris seharian. 

Namun jelang penutupan pasar, rupiah tiba-tiba berbalik arah dengan cepat. Rupiah berhasil menyeberang ke zona hijau, bahkan penguatannya cukup meyakinkan.  

Berikut gambaran betapa nasib rupiah berubah dengan begitu cepat: 



Rupiah pun bergabung di kelompok elit mata uang Asia yang berhasil menguat terhadap dolar AS. Kelompok ini anggotanya tidak banyak, selain rupiah hanya ada yen Jepang, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. 

Dahsyatnya lagi, rupiah jadi yang terbaik di antara yang terbaik ini. Best of the best. Ya, rupiah berhasil menjadi mata uang terkuat di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:07 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Melihat mata uang Asia yang mayoritas masih melemah di hadapan greenback, sepertinya sentimen domestik jadi penyebab keperkasaan rupiah hari ini. Pertama, mungkin pelaku pasar mulai memasukkan faktor proyeksi data perdagangan yang akan dirilis awal pekan depan. 

Awal pekan depan, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juni. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 8,3% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan negatif 5,26% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 516 juta. 

Sedangkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekspor turun 8,7% YoY dan impor terkontraksi 5%. Neraca perdagangan diramal surplus US$ 690 juta.


Potensi surplus neraca perdagangan selama dua bulan beruntun menjadi sentimen positif bagi rupiah. Artinya ketersediaan valas dari sektor perdagangan semakin membaik. 

Kedua, rasanya ada peran Bank Indonesia (BI) di sini. Intervensi bank sentral tampaknya lumayan besar, sehingga membuat rupiah menguat dengan begitu cepat.

"Kita tarik-ulur, fight dari pagi dengan NDF (Non-Deliverable Forwards) sampai closing. Saya nggak henti minta tim banjiri supply DNDF (Domestic NDF)," ungkap Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

BI pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular