
Musim Hujan di China, Buat Harga Batu Bara Tenggelam
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
12 July 2019 10:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan global, Newcastle, kembali anjlok seiring dengan musim hujan yang terjadi di China. Selain itu, beberapa proyek tambang baru yang telah disetujui akan semakin membebani harga batu bara internasional (seaborne) dalam jangka panjang.
Pada penutupan perdagangan hari Kamis (11/7/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Agustus anjlok 1,92% ke level US$ 76,8/metrik ton.
Permintaan batu bara di China kemungkinan masih akan lemah dalam beberapa pekan ke depan. Pasalnya, musim hujan yang terjadi di sebagian daratan China akan meningkatkan produksi energi dari tenaga air (hydropower).
Akibatnya, pembangkit energi dari tenaga batu bara akan sedikit tersaingi. Atau setidaknya tidak naik sepanjang musim hujan.
Tentu hal tersebut menurunkan harapan pelaku pasar akan peningkatan permintaan dan membuat harganya terkoreksi.
Selain itu, baru-baru ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional China (NDRC) telah menyetujui proyek pembangunan tambang baru di provinsi Shaanxi senilai CNY 6,4 miliar. Akan ada tiga tambang baru yang tersebar di provinsi Shaanxi dan Mongolia Dalam.
Adanya tambang baru akan meningkatkan prospek produksi batu bara di Negeri Tirai Bambu yang mengancam posisi batu bara impor.
Seperti yang telah diketahui, China merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia. Produksi batu bara lokal mencapai 4 miliar ton. Sementara lebih dari 20% batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional dibeli oleh China.
Data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) menunjukkan bahwa ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun 2019. Asosiasi Pengusaha Batu Bara China juga menargetkan adanya tambahan produksi sebesar 100 juta ton tahun 2019.
Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental di pasar global yang masih terus membebani harga.
Terlebih saat ini China masih memberlakukan pembatasan impor batu bara untuk melindungi produsen lokal.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Pada penutupan perdagangan hari Kamis (11/7/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Agustus anjlok 1,92% ke level US$ 76,8/metrik ton.
Permintaan batu bara di China kemungkinan masih akan lemah dalam beberapa pekan ke depan. Pasalnya, musim hujan yang terjadi di sebagian daratan China akan meningkatkan produksi energi dari tenaga air (hydropower).
Akibatnya, pembangkit energi dari tenaga batu bara akan sedikit tersaingi. Atau setidaknya tidak naik sepanjang musim hujan.
Tentu hal tersebut menurunkan harapan pelaku pasar akan peningkatan permintaan dan membuat harganya terkoreksi.
Selain itu, baru-baru ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional China (NDRC) telah menyetujui proyek pembangunan tambang baru di provinsi Shaanxi senilai CNY 6,4 miliar. Akan ada tiga tambang baru yang tersebar di provinsi Shaanxi dan Mongolia Dalam.
Adanya tambang baru akan meningkatkan prospek produksi batu bara di Negeri Tirai Bambu yang mengancam posisi batu bara impor.
Seperti yang telah diketahui, China merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia. Produksi batu bara lokal mencapai 4 miliar ton. Sementara lebih dari 20% batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional dibeli oleh China.
Data Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) menunjukkan bahwa ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun 2019. Asosiasi Pengusaha Batu Bara China juga menargetkan adanya tambahan produksi sebesar 100 juta ton tahun 2019.
Kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental di pasar global yang masih terus membebani harga.
Terlebih saat ini China masih memberlakukan pembatasan impor batu bara untuk melindungi produsen lokal.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara
Most Popular