"Disidang" Kongres, Bos The Fed Sebut Ketidakpastian 26 Kali

Anthony Kevin & Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
11 July 2019 15:55
Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalau ada satu kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan laju perekonomian dunia saat ini, tampaknya kata yang tepat adalah 'ketidakpastian' (uncertainty).

Bagaimana tidak, kata 'ketidakpastian' disebut berulang kali oleh Jerome Powell yang merupakan Gubernur The Federal Reserve alias bank sentral paling berpengaruh di dunia.

Kemarin (10/7/2019) waktu setempat, Powell memberikan testimoni di hadapan House Financial Services Committee terkait laporan kebijakan moneter semi tahunan. Dalam pemaparan ini, Powell secara detil memberikan penilaiannya terkait dengan laju perekonomian dunia hingga bauran kebijakan moneter yang dieksekusi dirinya dan koleganya di The Fed.

Diulang-ulangnya kata 'ketidakpastian' oleh Powell merupakan sebuah kejutan bagi pelaku pasar keuangan dunia. Pasalnya sebelum memberikan testimoninya kemarin, Powell dipandang sebagai pribadi yang hawkish alias senang mematok tingkat suku bunga acuan di level yang relatif tinggi.

Sempat beberapa kali 'akrab' dengan pelaku pasar dengan melontarkan pernyataan bernada dovish, tiba-tiba Powell bisa berbalik menjadi hawkish lagi. Pribadinya yang konservatif itu seringkali menjadi ganjalan bagi pasar keuangan dunia.

CNBC International mencatat bahwa dalam testimoninya di hadapan anggota kongres, setidaknya 26 kali kata 'ketidakpastian' diucapkan oleh suksesor dari Janet Yellen itu. 'Ketidakpastian' yang diucapkan Powell mengacu kepada berbagai macam hal, seperti prospek perekonomian AS, rendahnya tekanan inflasi, perang dagang AS-China, hingga konsumsi rumah tangga.



Berikut contoh kutipan dari Powell yang mengandung kata 'ketidakpastian':
  • "Kami telah sepakat untuk memulai lagi diskusi dengan China dan itu merupakan langkah yang konstruktif, namun itu tidak menghilangkan ketidakpastian yang   kami lihat membebani prospek perekonomian secara keseluruhan."
  • "Intinya bagi saya adalah ketidakpastian terkait pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan terus membebani prospek perekonomian AS dan di samping itu,   inflasi terus berada di level yang rendah."
Kata ‘ketidakapstian’ yang berulang kali disebut oleh Powell justru sukses memantik aksi beli di bursa saham dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones menguat 0,29% ke level 26.860,2, indeks S&P 500 naik 0,45% ke level 2.993,07, dan indeks Nasdaq Composite melejit 0,75% ke level 8.202,53. Indeks S&P 500 bahkan sempat menembus level 3.000 untuk kali pertama dalam sejarah.

Pada hari ini, seluruh bursa saham utama kawasan Asia juga ditransaksikan menguat.

Di satu sisi, pengulangan kata ‘ketidakpastian’ yang begitu sering menunjukkan bahwa laju perekonomian dunia saat ini berikut dengan prospeknya benar-benar sedang lesu. Namun di sisi lain, terlihat jelas bahwa di saat yang bersamaan Powell memberi sinyal yang kuat terkait dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

Sebelumnya, terdapat kekhawatiran yang besar bahwa The Fed tak akan terlalu dovish di masa depan lantaran pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam berada dalam kondisi yang baik, setidaknya pada bulan Juni.

Angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada Mei yang sebanyak 72.000 saja.

Kini, optimisme kembali membuncah bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps dalam pertemuannya pada akhir bulan ini. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 11 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 30,7%.

Kemarin sore waktu Indonesia, probabilitasnya berada di angka 0%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 25 bps berada di level 69,3%.

Di tengah perang dagang AS-China yang belum juga bisa diselesaikan, tentu pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan merupakan opsi terbaik guna menyelamatkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.

Kala laju perekonomian AS bisa didorong di level yang relatif tinggi, maka laju perekonomian dunia diharapkan bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi juga. Maklum, AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular